Jumat, 25 Januari 2013

Karena Mereka Mempunyai Mata


Awalnya sih aku tak tega mengajukan pertanyaan pada seorang teman dekat ku. Ya, pertanyaan yang aku takut akan menyinggung perasaannya. Pertanyaannya sih tak panjang lebar, singkat dan padat saja tapi berhubung aku berusaha untuk menjaga perasaan teman karib ku itu, aku berkali-kali tak jadi menyampaikannya.

Sudah lama pertanyaan yang sama masih saja ada dalam benak ku. Terkadang hadir begitu saja, dan aku bertekad untuk menanyakannya, tapi… begitu berhadapan dengan nya aku kembali mempertimbangkannya dan akhirnya ku simpan saja sendiri pertanyaan itu.

Teman karib ku itu tinggal tak jauh dari rumah ku. Tinggal di sebuah rumah yang berukuran besar bercat biru muda dengan beranda cukup luas yang dipenuhi tanaman buah belimbing, rambutan dan nangka dan tanaman bunga-bungaan. Ke dua orang tuanya memang terkenal sebagai kalangan cukup berada.


Sejak kecil kami berteman akrab hingga dewasa kini. Ia tak ubahnya seperti teman-teman sepermainan ku yang lain walaupun kondisi fisiknya boleh dibilang berbeda. Aku malah semakin senang mempunyai seorang teman seperti dia. (Mungkin) tak sempurna fisiknya tapi… ia berotak cerdas dan baik hati pula.

Pertanyaan yang ingin kuajukan padanya masih tersimpan rapi. Tersegel dalam benak ku, menunggu saat yang tepat untuk diluncurkan dari bibir ku.

Berat terasa tapi…. Tanpa berniat untuk menyinggung perasaannya pada suatu kali aku menanyakannya juga karena ku pikir sudah terlalu lama aku menyimpannya. Pikir dipikir toh aku juga ingin belajar dari nya bagaimana menjadi sosok yang penuh percaya diri dan terus bersemangat.

Ya, teman ku itu memang patut diacungi jempol. Dengan kekurangan yang ada pada tataran fisiknya, ia tetap bersemangat dan percaya diri tampil di muka umum. Prestasinya di sekolah dulu tak kalah dengan kami-kami yang (katanya) dianugerahkan fisik yang normal.

Saat ku ajukan pertanyaan itu, ia tampak biasa saja. Air mukanya tak berubah. Ia menjawab dengan enteng saja. Karena mereka mempunyai mata. Itu jawaban singkatnya atas pertanyaan ku tentang apa pendapatnya mengenai orang-orang yang kerap kali memperhatikan kekurangan fisiknya.

Diteruskannya lagi bahwa dulu ia juga seringkali merasa minder karena kondisi fisiknya. Ia pun malu karena seringkali diperhatikan oleh orang-orang di sekelilingnya. Menurutnya orang-orang memandanginya seperti layaknya melihat mahluk aneh dari luar angkasa sana bahkan ada yang memandanginya mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Walah walah…

Seiring dengan berjalannya waktu dan usianya yang bertambah, ia tak terlalu menghiraukan tatapan orang-orang tersebut. Ia hanya sering kali berucap dalam hati bahwa biarkan saja mereka melihat seperti itu, kan itu mata mereka sendiri. Biar saja nanti juga mereka cape sendiri.

Tak lupa aku mengucapkan terima kasih dan juga mohon maaf atas pertanyaan ku tadi. Tapi ia hanya tersenyum saja. Ia juga berterima kasih pada ku karena menurutnya aku adalah seorang sahabat yang jujur dan tulus. Ah.. aku jadi malu padanya.

Aku berkata dalam hati bahwasanya darinya lah aku belajar banyak. Terima kasih sahabat, ku mau persahabatan kita tak akan berakhir hingga Sang Pemilik Jiwa mengakhirinya.

Sabtu, 26 January 2013
Flag Counter