Senin, 28 Januari 2013

Antara Jangkrik, Burung hantu dan Kekerasan


Hari telah larut, suara hewan malam juga mulai terdengar. Ga ada yang terlalu aneh sih tentang suara-suara hewan itu secara kota di mana aku tinggal kini bukanlah daerah yang terpencil dari ibukota. Malah sudah banyak gedung-gedung bertingkat dibangun. Hmmm… hewan-hewan malam sudah tak banyak lagi nampaknya mereka sudah menyingkir dari kehidupan di tempat tinggal ku.

Dulu terkadang terdengar suara burung hantu atau celepuk kami menyebut burung bermata besar dengan bulu-bulunya yang tebal itu. Mitos yang tersebar mengatakan bahwasanya hewan tersebut tengah melihat mahluk halus sehingga mereka berbunyi. Mungkin oleh karenanya si burung dikenal sebagai burung hantu.

kini yang tertinggal hanya lah suara jangkrik atau cengkerik yang mendayu-dayu.

Jangkrik  atau cengkerik adalah salah satu serangga yang masih memiliki kekerabatan dengan belalang. Suara yang sering kali terdengar merupakan suara si jantan untuk menarik jangkrik atau cengkerik betina dan juga untuk menolak jantan lainnya. Serangga ini sudah lama dipelihara bahkan di benua Asia, serangga ini dianggap sebagai pembawa keberuntungan.

Kalau jaman sekarang sih, serangga jenis ini banyak dibudidayakan untuk pakan ikan lele, ikan arwana atau pun pakan burung berkicau.

**

Aku ingat, saat aku masih berseragam putih biru, teman-teman sepermainan ku sering kali mengadakan permainan adu jangkrik. Masing-masing teman ku (umumnya yang lelaki) memiliki seekor jangkrik yang pastinya jantan yang bertubuh besar dengan warna kecoklatan gelap. Kemudian dihadapkan dengan jantan lainnya yang ditaruh di dalam (umumnya) sebuah kotak.

Jadilah mereka berkelahi. Mungkin itu sudah naluri hewan ketika bertemu hewan yang sama dengan jenis kelamin yang sama pula.

Aku sih ga suka dengan permainan macam itu, itu bukan permainan yang menyenangkan setidaknya bagi objek yang kita mainkan. Lha wong mereka itu juga kan mahluk Tuhan yang seharusnya kita sayangi.

**

Berkelahi mungkin awalnya kita kenal tatkala kita melihat hewan melakukan hal tersebut. Berbaku hantam dengan sesamanya, membuat luka-luka di sekujur tubuh mereka karena terkena gigitan atau cakaran masing-masing kuku bahkan bisa menyebabkan kematian pada salah satunya.

Hiy… mengerikan mendengarnya.

Pasti akan lebih-lebih mengerikan saat kita menyaksikannya dengan mata kepala sendiri.

Pada dasarnya kita sebagai manusia yang dikenal sebagai mahluk Tuhan yang beradab sesungguhnya tidaklah menyukai hal-hal yang berbau kekerasan, entah itu berupa kata-kata bahkan tindakan. Ya, karena software kita adalah lembut adanya. Nampaknya tak terkecuali, mungkin pada kaum perempuan lebih dominan kelembutannya.

**

Namun seiring dengan makin banyaknya channel televisi, kita sering kali disuguhi tayangan kekerasan seperti keributan yang terjadi antar warga kampung tertentu. Sedih sekaligus miris melihat hal itu. kok bisa seperti itu yah karena seharusnya kita bisa berfikir kembali sebelum melakukan kekerasan entah fisik ataupun psikis.

Ah… semoga kita sebagai manusia bisa menemukan sisi-sisi kemanusiaan kita sehingga tidak mudah untuk “terbakar” dan melakukan tindakan kekerasan entah itu sesama manusia ataupun sesama mahlukNya. Pasti hidup akan menjadi lebih indah


Senin, 28 January 2013

gambar dai kabarukm.com

Flag Counter