Kamis, 24 Juni 2021

Tak tau

Mendung dari pagi awal, bahkan gerimis halus turun beberapa saat. Jadi sahdu suasana pagi tadi. Menjelang siang sudah mulai panas, matahari bersinar cerah membuat cucian saya kemungkinan besar kering. Wis, berkah yang patut disyukuri.

Lalu sore ini agak mendung lagi. Seperti hendak turun hujan.

Ibu dan adik serta keponakan dikabarkan sedang batuk pilek disertai demam. Semoga bisa segera sembuh. Amin....

Kemarin juga saya mendapat kabar bahwa seorang teman positif covid 19 yang diketahui ketika swab tes anti gen. Hmm.... semoga beliau segera pulih dan tetap semangat menjalani isomannya di rumah. Memang kami tinggal di satu kawasan, tak jauh dari tempat tinggal saya di sini.

Covid 19 memang belum reda kasusnya di Jakarta dan di Indonesia secara umum. Saya tak tau sampai kapan ini akan berlangsung.

Tak tau kiranya kapan kita bisa kembali beraktifitas tanpa masker yang harus selalu dipakai, beraktifitas tanpa ada rasa was-was menghantui.

Saya juga tak tau sampai kapan harus melakukan cuci-cuci setiap barang belanjaan atau sayur mayur ketika tiba di rumah. Saya tak tau sampai kapan kegiatan-kegiatan dilakukan secara offline.

Rabu, 23 Juni 2021

Berpulang

Usia memang tidak bisa ditebak, kapan seseorang akan meninggalkan kita lebih dulu atau justru kita yang akan mendahului. Siapa yang tahu. Tapi, para bijak pernah mengatakan bahwa sesungguhnya kita tahu ketika kita akan segera mengakhiri lawatan kita di dunia ini. Tanda-tandanya pun sesungguhnya bisa dirasakan oleh orang-orang terdekat bila sensitif.

Tidak bisa menjadi patokan bahwa yang “pergi” lebih dahulu pasti orang-orang yang sudah lansia, tidak bisa seperti itu, tidak ada kepastian itu. Banyak yang masih bayi berpulang lebih dulu, ada juga dalam usia balita, ataupun remaja. Memang tidak bisa dipastikan.

Itulah rahasia Ilahi... Misteri kehidupan.

Yang bisa kita lakukan hanyalah melakukan yang terbaik dari waktu ke waktu sehingga ketika tiba saatnya kita harus berpulang, tidak ada penyesalan yang kita bawa. Demikian yang pernah disampaikan oleh Sang Bijak.

Selasa, 22 Juni 2021

Sejak wabah corona meluas (bagian ke 9)

Sudah kira-kira 1 tahunan lebih ya sejak kasus covid 19 pertama kali diumumkan di Indonesia, yakni Maret 2020. Kini kasusnya belum reda juga di negeri kita ini, malah tinggi. Kemungkinan besar karena banyak hal yang salah satunya mungkin tidak dijalankannya prokes dengan maksimal.

Kala musim libur tiba, biasanya orang-orang akan pergi ke tempat-tempat rekreasi dan umumnya kan pasti jadi rame tempat rekreasi yang didatangi. Dan biasanya setelah itu kasus menjadi tinggi.

Kini, padahal sudah lewat hampir satu bulan dari hari idul fitri tapi kasusnya belum menurun.

Padahal kan kalao dipikir-pikir, masker tersedia banyak dan mudah didapatkan baik itu masker kain ataupun masker medis. Kini di setiap minimart juga banyak pilihan kedua jenis masker tersebut yah. Teman-teman pasti juga sudah tahu.

Mestinya kan membuat orang-orang untuk memakai masker jadi mudah, tapi nyatanya masih ada saja yang tidak mengggunakannya. Padahal memakai masker kan bukan hanya untuk diri kita sendiri tapi juga untuk orang lain juga.

Memang sulit dijelaskan yah kalao orang tidak mau percaya.

Senin, 14 Juni 2021

Vaksin pertama (10 Juni 2021)

Sudah menunggu sebelum lebaran yah kira-kira pertengahan Mei kemarin ketika ada info dari Rt setempat bahwa akan segera dilaksanakan vaksinasi covid 19 untuk kelompok usia di atas 18 tahun setelah sebelumnya sudah diselenggarakan untuk kelompok usia lansia, usia 60 tahun ke atas.

Waktu itu saya mengantar ibu dan bapak mertua untuk vaksin di rumah sakit Suyoto. Dua kali vaksin dengan jarak tak sampai 1 bulan. Pertama sebelum puasa Ramadhan dan yang kedua di minggu awal puasa.

Nah, untuk kelompok usia 18 tahun ke atas ini mulai tanggal 3 Juni 2021 diadakan. Saya pun diinfo ibu mertua bahwa sudah bisa vaksin ke rumah sakit yang sama, yakni Rs Suyoto. Info tersebut diberikan ibu mertua di hari Rabu, 9 Juni 2021.

Dan esok harinya dengan membawa foto kopi kartu keluarga dan Ktp, saya dan ipar saya meluncur ke puskesmas yang ada di wilayah terdekat. Kami berangkat jam 7 pagi dengan tujuan supaya mendapat nomor antrian awal, eh ternyata salah info.

Ketika sampai di puskesmas, masih sepi hanya ada seorang lansia sedang duduk di deretan kursi untuk menunggu antrian. Saya pun masuk dan mengatakan bahwa kami ingin vaksin. Seorang petugas kebersihan di sana menjelaskan bahwa vaksinasi diadakan di Rs Suyoto bukan di puskesmas karena tidak ada Ugd. Kami disuruh langsung ke Rs Suyoto saja, lha wong petugas puskesmas pun tugasnya di Rs Suyoto untuk melayani warga yang vaksin.

Wis, kami langsung menuju Rs Suyoto. Sesampainya di sana, sudah ada beberapa orang yang duduk di kursi antrian. Tunggu dan tunggu, akhirnya saya dapat no. 46 dan adik ipar saya 45.

Jam 10 an waktu itu kami mendapat giliran, pertama adik saya. Tak berapa lama, saya.

Setelah ditanya-tanya terkait kondisi kesehatan dan juga dicek tensi darah serta kadar gula darah, saya pun divaksin. Meski ada sedikit masalah ketika tensi darah (tensi sempat tinggi), akhirnya saya divaksin.

Rabu, 02 Juni 2021

Masker wajah alami dari air cucian beras

Endapan air cucian beras untuk masker
Sebenarnya sudah lama seorang teman memberi tahu pada saya tentang masker wajah alami yang murah meriah. Bisa kita dapatkan tiap hari dan katanya sangat bermanfaat supaya kulit wajah menjadi cerah dan sehat.

Sudah lama sekali. Tapi baru beberapa minggu belakangan ini saya mencoba untuk menggunakannya. Masker wajah alami yang murah meriah itu berasal dari air cucian beras. Ya, sebelum kita memasak nasi, beras dicuci lebih dulu, nah air cucian beras itu yang kemudian kita tempatkan dalam baskom atau wadah lainnya.

Setelah didiamkan beberapa saat, maka air cucian beras itu akan mengendap. Pelan-pelan kita buang air yang jernih di atas endapan itu. Dan endapan itulah yang kita gunakan sebagai masker wajah. Tinggal aplikasikan atau oleskan di wajah seperti penggunaan masker wajah lainnya.

Mulai mengendap

 

Mudah sekali bukan?

Flag Counter