Kamis, 19 April 2012

Sebuah Pencerahan


Dua tahun yang lalu, seorang teman menggebu-gebu ingin menggunakan gigi palsu dengan alasan gigi yang ia miliki tidak seindah milik teman-teman yang lain pun dalam keluarganya. Konon menurut sang ibu, teman kami itu sewaktu balita terjatuh dengan posisi mulutnya yang menghantam tanah sewaktu ia bermain ayunan.
Karuan saja, dua buah gigi depannya tumbuh sangat lambat dan bentuknya pun lebih besar dari gigi lainnya. Tapi sampai saat itu ia tak masalah dengan giginya.

Mulai sekitar tahun 80-an ia sering mondar-mandir ke dokter gigi dengan alasan giginya berlubang. Karena lubangnya sudah besar maka itulah yang membuat ia mesti bolak-bolak. Sampai akhirnya dua tahun yang lalu itu. Entah mengapa tiba-tiba ia ingin menggunakan gigi palsu. Ia berfikir bahwa akan lebih baik bila giginya dicopot saja dan ganti dengan gigi palsu yang menurutnya akan lebih rapi dan lebih bagus tentunya.

Gigi depannya waktu itu beberapa kali mengalami pendarahan, itulah yang menyebabkan ia ingin 
mencabutnya dan ganti gigi palsu tentu saja. Sebenarnya sang dokter gigi langganannya itu menasehati kalau ga enak lho pakai gigi palsu. Dan si dokter itu menyarankan agar mempertahankan giginya tersebut.
Dokter itu memang berkali-kali berkata bahwa sebisa mungkin mempertahankan gigi kita karena itulah anugrah yang telah Sang Pencipta berikan yang mesti kita jaga. Dokter yang sangat baik memang.

Namun, teman kami itu tetap bersikeras ingin pakai gigi palsu. Ya, begitulah akhirnya ke dua giginya yang depan itu dicabut dan k rena susunannya yang tidak sejajar dengan gigi yang lainnya, maka ke dua gigi di samping gigi tersebut yang masih bagus kondisinya terpaksa harus dikorbankan juga. Kasihan gigi itu…

Dan kemarin, teman kami itu mau tidak mau harus mencabut 3 buah giginya kembali karena kondisinya yang tidak memungkinkan untuk dipertahankan. Itu saran sang dokter. Untuk kemudian ia harus menggunakan gigi palsu sebagai pengganti ke tiga gigi tersebut.

Sejak pertama kali ia mendapatkan gigi palsu, ia baru menyadari kekeliruannya. Bahwa gigi asli walaupun tidak seperti yang kita kehendaki bentuknya, namun gigi tersebut jauh jauh lebih kuat dibanding dengan gigi palsu buatan manusia meski dengan bentuk yang indah.

Dan mulai saat itu, teman kami berusaha untuk mencegah agar anggota keluarganya tidak menggunakan gigi palsu. Untuk apa menggunakan gigi palsu kalau tidak benar-benar mendesak. Bila mana gigi masih bisa dipertahankan, maka jangan dicabut.

Dan ia pun mencegah adiknya yang ingin menggunakan kawat gigi (behel) yang marak belakangan ini. Karena itu justru bisa merusak kondisi gigi yang tidak bermasalah. Cuma buat gaya-gaya an aja tapi akibatnya nanti gigi malah jadi rusak. Kan rugi. Sekali dicabut, maka gigi tak akan tumbuh kembali (kecuali usia sebelum 10 tahun).

Sebuah pengalaman yang tidak mengenakkan memang, tapi itulah adanya.

Terima kasih untuk hari ini….


Image: Google Search
Flag Counter