Dua tahun yang lalu, seorang teman menggebu-gebu ingin
menggunakan gigi palsu dengan alasan gigi yang ia miliki tidak seindah milik
teman-teman yang lain pun dalam keluarganya. Konon menurut sang ibu, teman kami
itu sewaktu balita terjatuh dengan posisi mulutnya yang menghantam tanah
sewaktu ia bermain ayunan.
Karuan saja, dua buah gigi depannya tumbuh sangat lambat dan
bentuknya pun lebih besar dari gigi lainnya. Tapi sampai saat itu ia tak
masalah dengan giginya.
Mulai sekitar tahun 80-an ia sering mondar-mandir ke dokter
gigi dengan alasan giginya berlubang. Karena lubangnya sudah besar maka itulah
yang membuat ia mesti bolak-bolak. Sampai akhirnya dua tahun yang lalu itu. Entah
mengapa tiba-tiba ia ingin menggunakan gigi palsu. Ia berfikir bahwa akan lebih
baik bila giginya dicopot saja dan ganti dengan gigi palsu yang menurutnya akan
lebih rapi dan lebih bagus tentunya.
Gigi depannya waktu itu beberapa kali mengalami pendarahan,
itulah yang menyebabkan ia ingin
mencabutnya dan ganti gigi palsu tentu saja. Sebenarnya
sang dokter gigi langganannya itu menasehati kalau ga enak lho pakai gigi palsu.
Dan si dokter itu menyarankan agar mempertahankan giginya tersebut.
Dokter itu memang berkali-kali berkata bahwa sebisa mungkin
mempertahankan gigi kita karena itulah anugrah yang telah Sang Pencipta berikan
yang mesti kita jaga. Dokter yang sangat baik memang.
Namun, teman kami itu tetap bersikeras ingin pakai gigi
palsu. Ya, begitulah akhirnya ke dua giginya yang depan itu dicabut dan k rena susunannya
yang tidak sejajar dengan gigi yang lainnya, maka ke dua gigi di samping gigi
tersebut yang masih bagus kondisinya terpaksa harus dikorbankan juga. Kasihan gigi
itu…
Dan kemarin, teman kami itu mau tidak mau harus mencabut 3
buah giginya kembali karena kondisinya yang tidak memungkinkan untuk
dipertahankan. Itu saran sang dokter. Untuk kemudian ia harus menggunakan gigi
palsu sebagai pengganti ke tiga gigi tersebut.
Sejak pertama kali ia mendapatkan gigi palsu, ia baru
menyadari kekeliruannya. Bahwa gigi asli walaupun tidak seperti yang kita
kehendaki bentuknya, namun gigi tersebut jauh jauh lebih kuat dibanding dengan
gigi palsu buatan manusia meski dengan bentuk yang indah.
Dan mulai saat itu, teman kami berusaha untuk mencegah agar
anggota keluarganya tidak menggunakan gigi palsu. Untuk apa menggunakan gigi
palsu kalau tidak benar-benar mendesak. Bila mana gigi masih bisa
dipertahankan, maka jangan dicabut.
Dan ia pun mencegah adiknya yang ingin menggunakan kawat
gigi (behel) yang marak belakangan ini. Karena itu justru bisa merusak kondisi
gigi yang tidak bermasalah. Cuma buat gaya-gaya an aja tapi akibatnya nanti
gigi malah jadi rusak. Kan rugi. Sekali dicabut, maka gigi tak akan tumbuh
kembali (kecuali usia sebelum 10 tahun).
Sebuah pengalaman yang tidak mengenakkan memang, tapi itulah
adanya.
Terima kasih untuk hari ini….
Image: Google Search