Sampah fisik yang kita biasa buang |
Kita mungkin awalnya hanya meletakkan sedikit sampah setiap hari ke tempat sampah yang ada di depan rumah kita. Sedikit demi sedikit dan sampah-sampah itu pun kian hari kian bertambah baik volumenya ataupun aromanya.
Bagi kita yang menyadari keberadaan tumpukan sampah itu pasti akan segera menyingkirkannya dengan membuangnya ke penampungan sampah yang ada di lingkungan kita yang akhirnya akan dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir (tpa).
Sampah yang nyata bentuknya memang mudah sekali dikenali keberadaannya dan mudah juga untuk menyingkirkannya. Lalu bagaimana dengan sampah pikiran, sampah emosi yang mengendap dalam diri kita?
Sampah pikiran dan sampah emosi
Seperti halnya sampah fisik yang kita hasilkan tiap hari, kita pun sesungguhnya menghasilkan sampah pikiran dan sampah emosi. Apa pula itu?
Sampah pikiran ataupun sampah emosi merupakan sampah atau emosi-emosi yang terpendam yang tidak dapat kita ekspresikan ketika kita berinteraksi dengan sesama entah itu dengan keluarga, teman atau pun tetangga dan lain sebagainya.
Saat kita berinteraksi misalkan dengan bos di kantor, tentu saja kita tidak dapat mengekspresikan kemarahan kita padanya dengan semau kita. Tentu saja hal itu membuat kita akan memendam rasa marah, kesal atau kecewa pada si bos tersebut. Nah, itulah salah satu contoh sampah yang kita pendam yang jumlahnya kian hari kian menumpuk.
Sampah haruslah dibuang
Kita bisa membuang sampah yang bersifat fisik dengan mudah ke penampungan sampah yang ada di sekitar kita karena sampah memang haruslah dibuang tidak untuk disimpan berlama-lama.
Begitu pula dengan sampah pikiran atau sampah emosi yang ada dalam diri kita. Keberadaannya yang kian menumpuk tentu saja akan mengganggu kita. Bagi mereka yang sensitif tentu mudah mendeteksi keberadaan sampah tersebut.
Pembuangan sampah haruslah menjadi salah satu hal yang kita jadwalkan. Harus kita lakukan sendiri, tidak bisa memerintahkan orang lain untuk membuangnya. Apalagi sampah yang berupa sampah pikiran atau sampah emosi.
Kita bertanggung jawab atas sampah pikiran yang kita miliki.
Mengoceh dengan kata-kata tak bermakna untuk membuang sampah emosi yang terpendam |
Meditasi Untuk Membuang Sampah Pikiran
Beruntung kami mengenal salah satu metode meditasi yang diracik oleh bapak Anand Krishna. Yakni metode meditasi untuk membersihkan sampah-sampah pikiran, sampah-sampah emosi dengan cara mengoceh. Meditasi yang dinamakan gibberish meditation amatlah bermanfaat bagi kami guna membersihkan diri dari sampah-sampah pikiran, sampah-sampah emosi yang terpendam.
Kata gibberish berasal dari seorang mistik Sufi yang bernama Jabbar. Meditasi tersebut diadakan Senin malam pukul 7.00 wib di Anand Ashram (beraffiliasi dengan PBB) yang terletak di bilangan Jl. Sunter Mas Barat II-E, Block H-10/No. 1, Jakarta 14350.
Dengan metode meditasi tersebut kita dapat membuang sampah-sampah pikiran, sampah-sampah emosi yang ada dalam diri kita yang kita sadari ataupun tidak. Kita akan dipandu oleh seorang fasilitator untuk melakukannya.
Silakan datang untuk merasakan manfaat meditasi tersebut.