Gambar dari www.epriant.blogspot.com |
Kucing kecil yang kuyu masih duduk di sudut jalan itu. Orang-orang
lalu lalang melewatinya, tak ada yang peduli. Bulu-bulunya yang agak basah nampak kotor menambah buruk
penampilannya.
Di kedua belah matanya, nampak kotoran berwarna hitam
menyembul di kedua sudutnya. Si kucing berbulu abu-abu itu kian terlihat menderita
tanpa seorang pun yang iba padanya.
Rintik-rintik hujan mulai berjatuhan, ia tengok kiri-kanan
mencari tempat untuk menyelamatkan diri dari siraman hujan. Mendadak sebuah motor melintas di sampingnya.
Ia terkejut, hampir saja tubuh kecilnya terlindas benda bulat yang bergerak
cepat tadi.
Ia terisak-isak menangisi nasibnya yang tak menyenangkan.
Tak dihiraukannya rintik-rintik hujan yang berubah menjadi
hujan yang agak deras, ia perlahan-lahan berjalan mencari tempat berteduh.
Setidaknya untuk malam ini dan ia juga berharap ada sisa-sisa makanan yang
biasa ia temukan di sekitar tempat sampah tak jauh dari sudut jalan.
Antara rasa dingin yang menjalari tubuhnya dan rasa lapar
yang dirasakanya bercampur aduk. Ia tetap mengais-ngais di tempat sampah
meskipun hujan masih menderanya. Ia tak mau kehilangan kesempatan untuk mendapatkan
sisa makanan sore ini.
Ia tahu persis seorang pemilik rumah makan selalu membuang
sisa-sisa makanan ke tempat sampah tersebut pada jam-jam tersebut. Maka dari
itu ia tak mau sisa makanan tersebut diambil oleh kucing-kucing lainnya.
Ia harus cepat, pikirnya dalam hati.
Hujan masih berlarian turun dari langit. Si kucing kecil itu
masih terus mengais.
Hmm…. Nampaknya hari ini ia tak beruntung karena tak ada
sisa makanan yang biasa dibuang oleh si pemilik warung. Yang ada hanyalah
sampah kantong-kantong plastik, botol-botol plastik dan kertas. Tak ada makanan
yang dibuang. Tak ada sisa makanan yang bisa ia santap sore ini.
Dengan putus asa, si kucing kecil berjalan gontai ke sebuah
pohon mangga yang rindang. Sepi sore itu. Apalagi itu di sekitar tempat sampah.
Sesekali terlihat satu-dua sepeda motor melintasi. Sore kian beranjak dan si
kucing kecil masih kelaparan.
***
Pagi hari, cuaca cerah menyambut.
Si kucing kecil menggeliat, menggerak-gerakkan anggota
tubuhnya. Ia masih di bawah pohon mangga. Semalaman ia tertidur di situ. Tadi malam
ia terpaksa makan daun rumput yang ada di sekitar tempat sampah. Terpaksa daripada
perutnya kosong melompong. Itu memang hal yang sering ia lakukan bila terpaksa
tak ada sisa makanan yang ia dapatkan.
Pikir punya pikir, ia teringat akan rumah majikannya
terdahulu. Sebetulnya ia adalah kucing peliharaan sebuah keluarga yang baik. Meskipun
sederhana, keluarga itu sangat menyayanginya, setiap hari ia diberi makan 3
kali, pagi, siang dan sore. Ia tak pernah kelaparan di rumah itu.
Sejak kedatangan si putih, kucing pemberian salah seorang
kerabat keluarga itu, si kucing kecil itu selalu dibully olehnya. Sepertinya si
putih itu merasa tersaingi oleh keberadaannya. Awalnya, si kucing kecil mengira
si putih hanya bercanda saja, namun lama kelamaan si putih kian tak suka
padanya. Si putih sering menggigit, mencakarnya.
Sang pemilik rumah sudah sering kali memperingatkan si putih
agar bersikap baik padanya, namun itu tak dihiraukan si putih. Ia tetap saja
membully si kucing kecil. Akhirnya, si kucing kecil memutuskan untuk pergi dari
rumah tersebut.
Ia tak sangka-sangka ternyata hidup di luar lebih keras, tak
ada makanan yang ia dapatkan seperti biasa. Maka ia pun mulai mengais-ngais
dari satu tempat sampah ke tempat sampah yang lain. Apa saja yang bisa dimakan,
ia makan agar perutnya tidak kosong.
Sambil terus memikirkan rumah tempat ia tinggal beberapa
waktu yang lalu, ia tetap berjalan mengingat-ngingat wajah si pemilik rumah. Ia
rindu sekali. Rindu akan kebaikan hati si pemilik rumah itu. Rindu dengan
makanan yang biasa dihidangkan untuknya. Hmm…. Ia kian bersemangat berjalan.
Tiba-tiba wajah si putih muncul di benaknya. Ah,
jangan-jangan si putih masih nakal seperti dulu. Apakah aku kuat dengan segala
perlakuannya padaku. Si kucing kecil berhenti sejenak. Agak ragu ia meneruskan
perjalanannya.
Ia masih terpaku di pinggir jalan. Ia tidak tahu rumah yang
hendak ditujunya itu tinggal beberapa langkah kaki kecilnya saja. Ia termenung
di sana memikirkan perlakuan si putih padanya beberapa waktu yang lalu saat
masih tinggal di tempat yang sama.
Tiap hari ada saja yang membuat si putih marah padanya. Ketika
makan, biasanya jatah makannya sebagian diambil si putih. Ia hanya makan
sedikit saja tiap harinya. Untungnya sang pemilik rumah mengetahui hal itu
sehingga tempat makan mereka pun dipisahkan, tak berdekatan.
Tapi sesudah makan, si putih akan menghajarnya. Tak tahu ia
apa alasan si putih berbuat seperti itu padanya.
Si kucing kecil masih termenung di pinggir jalan ketika tak
beberapa lama ia memandang lurus ke jalan di depannya, se sosok yang sudah ia
kenal dan ia rindui kini sedang berjalan menuju ke arahnya.
Ia mengenali sosok itu, sosok yang penuh kasih padanya. Sosok
yang memberinya tempat tinggal yang nyaman. Sosok yang kini ia cari-cari. Ya,
dialah sang pemilik rumah, majikannya.
Melihat sosok itu, ia langsung bersemangat kembali. Ia berjalan
dengan penuh percaya diri ke arah sosok tersebut.
**
Kini si kucing kecil sudah kian besar saja. Tubuhnya tidak
lagi kotor dan buruk. Ia senantiasa bersih dan sehat. Bersama dengan si pemilik
rumah, ia hidup dengan bahagia tak kekurangan apa pun. Dua minggu sekali ia
dimandikan dan diberi vitamin juga untuk menjaga kesehatannya.
Ia sungguh menyayangi si pemilik rumah. Sebagai balas
jasanya, si kucing senantiasa berdoa pada yang Maha Kuasa agar si pemilik rumah
selalu dilindungi-Nya dan dilancarkan rezekinya. Si kucing juga bertugas
seperti anjing penjaga rumah.
Ia tinggal di rumah itu tanpa gangguan sama sekali. Tak lama
setelah pertemuannya dengan si pemilik rumah, ia akhirnya tahu bila si putih
telah lama menghilang dari rumah itu. Seperti ada yang menculiknya. Si putih
tak diketahui keberadaannya.
Dalam hati ia sangat senang, namun ia juga ikut sedih
mengetahui hal itu. Ia berdoa agar si putih baik-baik saja. Meskipun si putih
selalu berbuat jahat padanya, tapi si kucing tidak mau bersikap yang sama
padanya. Ia ingin bersikap baik pada sesamanya.