Selasa, 29 Januari 2019

Buku Kearifan Mistisisme karya Bapak Anand Krishna

Buku Kearifan Mistisisme karya Bapak Anand Krishna

Malam sudah agak larut, namun Satria nampaknya masih belum ingin merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Setelah selesai membuat konten video untuk channel Youtubenya, ia merasa masih memiliki sedikit energi untuk melakukan aktifitas ringan lain.

Setelah berpikir sebentar, akhirnya ia memutuskan untuk membaca kembali salah satu buku karya Bapak Anand Krishna – seorang spiritual humanis – yang memang menjadi salah satu penulis favoritnya.

Dan buku yang ia ambil dari rak buku yang ada di kamarnya itu adalah sebuah buku dengan judul Kearifan Mistisisme – Panduan untukMenyelaraskan diri dengan Semesta dan menyerap Suara Yang Maha Ada.

Satria juga mengambil buku catatan yang ada dalam tasnya. Sudah lama ia tidak membaca buku itu setelah pertama kali ia membacanya setelah membelinya. Ia membuka cover buku tersebut, di lembar paling depan yang berisi judul buku, di bawahnya terdapat tanda tangan Bapak Anand Krishna dengan tulisan Rahayu.

“Terima kasih Bapak...” ia bergumam dalam hati diikuti dengan mata yang berkaca-kaca. Terlintas rasa haru ketika mengucapkan kalimat tersebut dalam hati.

Lembaran berikutnya ia buka dan ia temui bilamana buku Kearifan Mistisisme tersebut diterbitkan pertama kali oleh PT. Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2015. Dilanjutkan dengan Daftar Isi yang diawali dengan pengantar yang bertema Sebelum Memulai Perjalanan.

Buku Kearifan Mistisisme ini dibagi menjadi enam bagian dengan masing-masing bagian memiliki judul tersendiri dan bahasannya tersendiri juga. Dimulai dengan bagian pertama yang mengulas tentang Mengenal Mistisisme.

Kata “Mistik” berasal dari kata “mystique” dalam bahasa Perancis kuno yang diambil dari kata “mustikos  dalam bahasa Yunani kuno. Nah, kata Mustikos ini terkait dengan kata mustes, seorang yang telah menjalani inisiasi dan inisiasi yang dimaksud adalah keteguhan hati dan kebulatan tekad untuk melakoni muein – memejamkan mata dan menutup mulut.

Namun itu bukan berarti seorang mistik harus hidup dengan mata dan mulut yang tertutup, melainkan mesti menyepi secara menyeluruh bukan hanya fisik saja. Menyepi yang dimaksud adalah keadaan jiwa dimana seseorang tidak tergantung pada sesuatu apa pun. Ia bersandar pada dirinya sendiri. Seorang mistik adalah seorang yang berdaya.

Satria masih menggoreskan penanya di atas buku catatan yang bersampul kopi (kayak jaman sekolah dasar aja nih si Satria he he he...) 

Bagian kedua dari buku ini mengambil judul Bertemu dengan Bulleh Shah. Ya, dalam bagian kedua dari buku ini, dikupas tentang Bulleh Shah yang merupakan seorang fakir, seorang mistik di mana tahun kelahirannya tak dapat dipastikan, kemungkinan sekitar tahun 1680.

Ayah Bulleh Shah adalah seorang Darvish yang bernama Muhammad Shah. Di bagian ini pula dipaparkan dengan apik siapa sebenarnya Bulleh Shah, mulai dari nama asli atau nama pemberian sang ayah hingga perjalanan hidupnya yang membawanya bertemu dengan seorang Sadguru dan kemudian mengapa ia mengganti nama menjadi Bulleh Shah.

Beberapa kali Satria berhenti sejenak sambil memasang wajah sedang merenung. Nampaknya ia merenungi bacaannya itu.

Kemudian setelah meneguk segelas air putih untuk melegakan tenggorokannya, ia melanjutkan membaca buku yang berjumlah 345 halaman itu.

Bagian ketiga dari Buku Kearifan Misitisisme ini adalah Menyalami Mirabai, seorang mistik perempuan yang lahir di Rajasthan tahun 1498. Dikisahkan pula tentang siapa sebenarnya Sang Kekasih Mira yang menyebabkan ia difitnah dan akhirnya dikeluarkan dari istana.

Banyak sekali pelajaran berharga yang dapat kita ambil dari kisah Bulleh Shah dan Mirabai ini.
Meskipun keduanya adalah seorang mistik, namun keduanya tidaklah sama, seperti yang disebutkan dalam buku ini di halaman 98 bahwa “setiap mistik, sadguru, atau master memiliki warna khas yang unik. Sungguh sangat bodoh jika kita membanding-bandingkan mereka.”

“Bulleh Shah tergila-gila dalam cinta, ia sedang menyanyi dan menari. Demikian pula dengan Mirabai. Dia pun sedang menyanyi dan menari, dia pun tergila-gila dalam cinta. Kendati demikian, warna cinta Bulleh adalah warna khas Bulleh, dan warna cinta Mira adalah warna khas Mira.”

Satria masih melanjutkan membaca kendati jam di dinding kamarnya sudah melewati angka 1.

Bagian selanjunya adalah bagian keempat dengan mengambil tema Membangkitkan Jiwa Mistik. Yang dimaksud mistik di sini bukanlah seperti kata mistik yang sering kali disalah pahami oleh umum. Mistik di sini adalah keadaan seseorang yang bisa menerima atau merasakan bahwasanya keberadaannya adalah bukti dari keberadaan Sang Maha Ada.

Bapak Anand Krishna dalam bagian ke empat ini mengatakan bahwa Jiwa Mistik adalah Jiwa Merdeka. Jiwa yang bebas dari kesadaran jasmani yang serba terbatas. Ya, kesadaran jasmani hanyalah salah satu lapisan dari lapisan-lapisan kesadaran diri manusia. Terdapat 5 lapisan kesadaran, seperti sudah dijelaskan panjang lebar oleh Bapak Anand Krishna dalam buku beliau yang berjudul Seni Memberdaya Diri 1.

Dalam bagian ini ada penjelasan yang menarik sekali yang berasal dari sahabat Bapak Anand Krishna bahwasanya latihan-latihan stressmanagement yang diracik oleh Bapak Anand Krishna manfaatnya luar biasa. Sahabat ini adalah seorang dokter bedah Syaraf.

Beliau menjelaskan bahwa latihan-latihan tersebut menstimuli kelenjar pineal sehingga kelenjar ini melepaskan zat melatonin dan memberikan rileksasi yang luar biasa. Dan ternyata setelah beliau meneliti lebih jauh lagi, ada zat lain yang juga difasilitasi bahkan dipicu produksinya, yakni zat yang disebut Dimethyltryptamine atau DMT.

Dijelaskan pula mengenai apa itu DMT dan manfaatnya serta dampak pengalaman mistis. Apa peran DMT dalam proses kematian dan reinkarnasi.

Bagian yang ke empat ini terasa “keren” bagi Satria. Ia sampai mengulang membaca bagian yang satu itu. Ia pun mengakhiri bacaannya pada bagian ke empat ini dengan berjanji dalam hati bahwa ia akan membaca ulang buku tersebut.

Sebelum akhirnya ia memejamkan mata, ia bergumam dalam hati “Terima kasih Bapak...”

Flag Counter