Ia pun bergegas pergi ke kamar mandi dan setelah itu
menuju dapur untuk meneguk segelas air putih lalu kembali ke kamarnya. Tak
ingin berlarut-larut dalam kegelisahannya, ia duduk bersila di atas tempat
tidurnya. Berupaya untuk mencari tahu penyebab dari hal yang ia alami.
Santo mencoba untuk mengatur nafasnya sambil memejamkan
mata dan masih dengan posisi duduk bersila di atas tempat tidurnya. Ia menarik
nafas dan perutnya otomatis mengembung kemudian membuang nafas, perutnya
mengempis, berkali-kali ia melakukan proses pernafasan itu yang ia ketahui dari
menyimak video-video Bapak Anand Krishna di channel Youtube beliau dan juga
buku-buku yang beliau tulis.
Masih melakukan proses pernafasannya, Santo
perlahan-lahan bertanya pada dirinya sendiri (bertanya dalam hati) mengapa ia
gelisah dan sering terbangun di tengah malam. Pertanyaan itu diulanginya terus
menerus. Sudah lewat 15 menit, namun jawaban tak didapatinya. Detak jarum jam
terdengar jelas di keheningan malam.
Santo tak berkecil hati. Ia terus melakukan proses
pernafasan sambil terus bertanya. Ia bersikeras untuk menemukan jawaban dari
kegelisahan yang ia alami akhir-akhir ini. Lamat-lamat ia teringat kata-kata
Satria, sahabatnya; “Dalam salah satu wejangan Bapak Anand Krishna terkait pembahasan
Bhagavad Gita, beliau mengatakan untuk tidak menunda niat baik dan menunda niat
buruk karena pikiran kita mudah berubah.”
Terngiang-ngiang suara Satria masih melanjutkan: “Dalam
penjelasan tentang Bhagavad Gita Percakapan 02 Ayat 31-41 yang mengambil tema
besar Jangan Ragu Jalanilah Hidupmu Sesuai Kodratmu Itulah Yoga, Bapak AnandKrishna memaparkan bahwasanya bila kita memiliki niat baik atau ingin melakukan
suatu hal yang baik maka hendaknya janganlah ditunda namun bila ada niat buruk
maka kiranya ditunda hal ini berkaitan dengan pikiran kita yang mudah berubah.
Dicontohkan dalam pembahasan tersebut adalah mengenai
Karna yang merupakan anak dari ibu para Pandawa yang dilahirkan sebelum para
Pandawa. Meskipun ia memihak Kurawa dalam perang Bharatayudha, sesungguhnya
Karna memiliki sifat-sifat yang sangat mulia sehingga sampai kini pun namanya
masih dikenang.
Suatu ketika Karna sedang mandi di di tepi sungai dekat
Hastinapura. Saat mandi, seperti kebiasaan jaman itu, badan digosok dengan
minyak lebih dahulu kemudian mandi. Karna memegang tempat minyaknya yang
terbuat dari emas menggunakan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya untuk
menggosok badan.
Tiba-tiba ada seorang pengemis yang lewat dan mengemis
padanya. Langsung saja ia memberikan tempat minyak yang terbuat dari emas itu
kepada si pengemis yang tentu saja masih berada di tangan kirinya.
Ketika si pengemis bertanya mengapa ia memberikan dengan
tangan kirinya, Karna meminta maaf sambil menjelaskan bahwa bila ia pindahkan
lebih dahulu tempat minyak tersebut ke tangan kanannya untuk kemudian diberikan
kepada si pengemis, ia khawatir bila pikirannya berubah dan tidak jadi untuk
memberikan tempat minyak tersebut.”
Bhagavad Gita 2:37: “Jika terbunuh dalam perang demi
kebajikan ini, kau akan mendapatkan tempat yang layak di surga, di alam setelah
kematian. Dan, apabila kau menang, kau akan menikmati kekuasaan dunia. Sebab
itu Kaunteya (Arjuna, Putra Kunti) – bangkitlah, tetapkanlah hatimu untuk
berperang demi kebenaran.”
Jangan sampai ada
penyesalan. Maksudnya apa? Seperti saya tadi mengatakan, untuk berbuat sesuatu
yang baik sesuai tugas, kalau kita menunda dan tidak sampai terjadi, ada
penyesalan. Dan penyesalan ini membuat kita sangat menderita.
Banyak orang yang
mati, dengan kondisi yang mengenaskan sekali. Sampai berhari-hari, kadang
bertahun-tahun. Bertahun-tahun dalam keadaan koma atau vegetatif, di atas
ranjang saja. Kita nggak tahu misteri kematian. Tapi kebanyakan, orang seperti
itu biasanya memiliki penyesalan. Ingin berbuat sesuatu dalam hidup, tapi nggak
sampai. Nggak bisa berbuat, terus kelewatan.
Santo masih mengingat kelanjutan ucapan sahabatnya
mengutip Bhagavad Gita 2:41 “Wahai Kurunandana (Arjuna, Kebanggaan wangsa
Kuru), dalam menjalani yoga ini, berkarya dengan Kesadaran Jiwa –mereka yang
paham, niscayalah teguh dalam keyakinannya. Sementara itu, mereka yang tidak
paham, tidak pula teguh dalam keyakinannya, karena pikiran mereka masih
bercabang.”
Penjelasan dari
Bapak Anand Krishna adalah bahwasanya kita harus selalu hidup di dunia ini
dengan penuh keyakinan. Bahwa apa pun yang terjadi, setidaknya saya sudah
berbuat. Kalau tidak berbuat, yang akan tejadi adalah penyesalan. Dan
penyesalan ini bisa sepanjang usia.
Bingo! Saat itu
Santo mendapatkan jawaban dari masalah yang ia alami. Ternyata selama ini ia
memendam rasa penyesalan atas hal yang ia tidak lakukan terhadap seseorang
sehingga terjadi kesalahpahaman di antara mereka. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk menemui
orang itu dan menyelesaikan kesalahpahaman di antara mereka.
Seketika itu juga Santo berucap dalam hati: “Terima kasih
Bapak Anand Krishna...”