Buku Sindhu Samskriti karya Bpk. Anand Krishna |
“Gila luh, Sat. Kalo ga salah tiap hari lu pasang status
tentang Anand Krishna melulu.” Tiba-tiba Santo nongol langsung nyerocos kayak
mercon.
Satria yang lagi duduk menghadapi komputernya agak kaget
juga. Nih orang kok tiba-tiba datang tanpa permisi trus langsung nembak gitu...
“Loh... emang kenapa San, hp ya hp ku sendiri, yang pasang
juga aku sendiri bukan qm, trus salah aku di mana? Kalo kamu ga mau liat status
aku, ya ga ush kamu lihat, sekalian aja kamu hapus nomor hp ku di hp kamu.”
Santai Satria menjawab temannya itu.
“Jangan marah begitu lah bos... gua kan cuma komentar doang.
Gue sih ga keberatan,” sambung Santo sambil menggeret kursi di ruang tamu yang
sempit itu.
“Kalau kamu keberatan juga ga masalah buat aku. Aku sih
suka-suka aku aja. Toh aku ga ngerugiin orang lain.” Satria masih agak santai
meladeni teman se esdenya itu.
“Gua liat lu berubah banyak Sat akhir-akhir ini. Apa karena
lu bergabung dengan perkumpulan Anand Krishna itu ya?” “Berubahnya sih dalam
hal yang positif bos. Lu udah ga suka nongkrong-nongkrong yang menurut gua juga
ga berguna kayak dulu. Trus lu lebih kalem, he he he....” Santo meledek Satria
sambil nyengir-nyengir
“Wah.... San, ternyata kamu memperhatikan aku juga toh. He
he he...” Satria menyenggol lengan temannya itu yang masih memperhatikannya.
“Ini nih, coba kamu baca buku yang satu ini. Ini salah satu
karya Bapak Anand Krishna yang membahas tentang nilai-nilai luhur budaya warga
bumi.” Satria menyodorkan sebuah buku dengan judul Sindhu Samskriti dengan
cover sebuah sungai Sindhu yang sekarang dikenal dengan nama sungai Indus.
“Wah... keliatannya bagus ni buku. Tapi... lu kan tau
sendiri gua ini males baca. Coba lu review sedikit buku ini biar gua jadi
penasaran dan akhirnya gua baca sendiri nih buku.” Santo mengajukan penawaran
yang lebih kepada nyuruh Satria sih sebenarnya. Emang dasar tuh anak males
baca.
Dari jaman esde, si Santo itu memang terkenal males baca.
Kalau ada pe er juga lebih sering minta bantuan teman-temannya yang salah
satunya ya... Satria itu. Lha wong tempat tinggal mereka ga terlalu jauh satu
sama lain.
“Buku ini terbagi menjadi 3 bagian besar. Bagian pertama
adalah: Dharma – Kebijakan Warga Bumi, lalu yang kedua adalah: Samskriti –
Budaya Warga Bumi, sedangkan yang ketiga – terakhir: Dhyana – Renungan untuk
kebaikan.” Satria mulai memaparkan sambil membuka-buka buku tersebut.
"Oya, buku ini juga masih tersedia di Books Indonesia atau bisa kontak ke nomor 0878 8511 1979 untuk pembelian." Satria menambahkan.
"Pada bagian pertama disebutkankan beberapa penemuan-penemuan besar atau prestasi orang India kuno (Hindu). Albert Einstein (1879 - 1955), seorang ahli dalam bidang Fisika dalam pengakuannya menyebutkan bahwa "Kita berhutang banyak pada warga masyarakat India kuno (=Hindu), yang telah mengajarkan cara menghitung. Tanpa itu, hampir seluruh penemuan-penemuan modern lainnya sudah pasti tidak mungkin." Dengan bangga Satria menjelaskan.
"Itu baru satu penemuan, San. Masih ada beberapa lagi disebutkan dalam buku ini." Satria seakan mencoba membuat temannya itu penasaran.
"Wah... gua harus baca nih buku. Baru segitu aja lu kasih tau, gua udah penasaran." Santo merebut buku Sindhu Samskriti dari tangan Satria.
"Yo, wis gua pinjem dulu dah ni buku." Lantas Santo pun bangkit dari duduknya dan ngeloyor pergi meninggalkan Satria seorang diri.
"Jangan lupa kembalikan yah." Satria agak berteriak dari depan pintu