Rabu, 21 November 2018

Kegaduhan di Lemari Rahayu



Siang kala itu, suasana tenang dan adem-adem saja seperti biasanya. Tiba-tiba...

“Hey... Ungu... kenapa kau nampak sedih?” si baju hitam bertanya pada kaos ungu

“Aku sedih memikirkan si Abu-abu yang kemarin hilang bersama si batik merah muda dan batik hijau, pingin nangis saja aku rasanya.” Si kaos ungu tertunduk, matanya mulai berkaca-kaca

“Iya... aku juga kehilangan dia, aku kangen.” Sahut si batik biru ikut nimbrung pembicaraan.

Suasana jadi ramai

“Si Abu-abu itu celana panjang yang baik, ia tidak congkak bilamana dipadankan dengan aku yang hanya kaos biasa ini,” timpal si Ungu tambah sedih dia.

“Benar kamu Ungu, tapi aku juga kehilangan si batik merah muda dan si batik hijau itu. Mereka kan lebih dahulu di sini dari pada aku.” Kini giliran si batik kembang-kembang ikutan.

“Si driver itu jahat ya, aku ga suka dengan driver seperti itu. Kok barang penumpang bisa hilang, bisa jatuh. Berarti dia itu ga bisa jagain amanah. Ga baik orang kayak gitu. Aku ga suka.” Panjang lebar si celana putih membeberkan pendapatnya.

“Aku tuh kan kemarin melihat si drivernya, aku sebel banget sama dia. Karena dia kita jadi kehilangan  teman-teman kita yang baik hati. Bener-bener aku ga bisa maafin orang itu. Sebel aku.” Si celana hitam ikutan kesal.

“Kasihan juga ya mba Ayu, kehilangan barang miliknya. Tapi aku tuh agak sebel juga ke mba Ayu kok dia ga marah besar ke si drivernya saat itu.” Si baju hitam ikut naik pitam.

Kemarin malam, sepulang dari tempat perkumpulan spiritual di bilangan Jakarta Utara, Rahayu menggunakan ojek online untuk pulang menuju tempat tinggalnya. Dan setibanya di rumah, ternyata tas Rahayu yang dititipkan di si driver (ditaro dicantolan depan motor) yang berisi pakaian hilang entah kemana.

Sang driver seperti merasa bersalah, namun tak bisa menemukan tas tersebut. Wal hasil Rahayu harus merelakan pakaiannya itu.
“Padahal mba Ayu itu orangnya baik ya, kok driver itu tega ngilangin barang mba Ayu. Aduh... bener-bener aku mau marahin tuh orang jadinya.” Si batik biru menimpali

“Iya, secara kita sebagai pakaian mba Ayu selalu diajak ke tempat-tempat yang baik, dia ga suka dugem, ga suka nongkrong-nongkrong ga guna. Aku suka deh kalau diajak ikutan satsang.” Si batik kembang-kembang menyahut

“Ah... kamu tuh gaya banget bilang satsang segala, kayak ngerti aja kamu.” Si batik merah kini ikutan juga.

“He he he... ngerti dikit lah aku tuh... satsang itu pergaulan yang menunjang evolusi batin kita.” Si batik kembang-kembang menjelaskan agak bangga dia.

“Aku juga suka banget kalau diajak ke perkumpulan itu, sejuk dan tenang rasanya. Kalau pake bahasa di fesbuk, aku like banget tempat itu.” Si Ungu menimpali dengan semangat. Sudah mulai nampak ceria dia.

“Kita do’akan saja ya supaya si Abu-abu dan si batik merah muda juga si batik hijau itu bisa ditemukan oleh orang yang bisa menggunakan mereka dengan baik. Kan mereka masih bisa dipakai. Masih layak pakai. Semoga mereka baik-baik saja.” Si baju hitam berkata dengan bijak.

“Iya, semoga mereka ditemukan dan digunakan dengan baik oleh orang yang tepat. Walaupun pasti mereka juga kangen dengan kita di sini.” Si batik merah menyahut.

Para baju dan celana itu pun terdiam untuk mendo’akan teman-teman mereka yang entah berada di mana. Suasana pun tenang kembali.

Flag Counter