Siang kala itu, suasana tenang dan adem-adem saja seperti
biasanya. Tiba-tiba...
“Hey... Ungu... kenapa kau nampak sedih?” si baju hitam
bertanya pada kaos ungu
“Aku sedih memikirkan si Abu-abu yang kemarin hilang bersama
si batik merah muda dan batik hijau, pingin nangis saja aku rasanya.” Si kaos
ungu tertunduk, matanya mulai berkaca-kaca
“Iya... aku juga kehilangan dia, aku kangen.” Sahut si batik
biru ikut nimbrung pembicaraan.
Suasana jadi ramai
“Si Abu-abu itu celana panjang yang baik, ia tidak congkak
bilamana dipadankan dengan aku yang hanya kaos biasa ini,” timpal si Ungu
tambah sedih dia.
“Benar kamu Ungu, tapi aku juga kehilangan si batik merah
muda dan si batik hijau itu. Mereka kan lebih dahulu di sini dari pada aku.”
Kini giliran si batik kembang-kembang ikutan.
“Si driver itu jahat ya, aku ga suka dengan driver seperti
itu. Kok barang penumpang bisa hilang, bisa jatuh. Berarti dia itu ga bisa
jagain amanah. Ga baik orang kayak gitu. Aku ga suka.” Panjang lebar si celana putih
membeberkan pendapatnya.
“Aku tuh kan kemarin melihat si drivernya, aku sebel banget
sama dia. Karena dia kita jadi kehilangan teman-teman kita yang baik hati. Bener-bener
aku ga bisa maafin orang itu. Sebel aku.” Si celana hitam ikutan kesal.
“Kasihan juga ya mba Ayu, kehilangan barang miliknya. Tapi
aku tuh agak sebel juga ke mba Ayu kok dia ga marah besar ke si drivernya saat
itu.” Si baju hitam ikut naik pitam.
Kemarin malam, sepulang dari tempat perkumpulan spiritual di bilangan Jakarta Utara, Rahayu menggunakan ojek online untuk pulang menuju tempat tinggalnya. Dan setibanya di rumah, ternyata tas Rahayu yang dititipkan di si driver (ditaro dicantolan depan motor) yang berisi pakaian hilang entah kemana.
Sang driver seperti merasa bersalah, namun tak bisa menemukan tas tersebut. Wal hasil Rahayu harus merelakan pakaiannya itu.
“Padahal mba Ayu itu orangnya baik ya, kok driver itu tega
ngilangin barang mba Ayu. Aduh... bener-bener aku mau marahin tuh orang
jadinya.” Si batik biru menimpali
“Iya, secara kita sebagai pakaian mba Ayu selalu diajak ke
tempat-tempat yang baik, dia ga suka dugem, ga suka nongkrong-nongkrong ga
guna. Aku suka deh kalau diajak ikutan satsang.” Si batik kembang-kembang
menyahut
“Ah... kamu tuh gaya banget bilang satsang segala, kayak
ngerti aja kamu.” Si batik merah kini ikutan juga.
“He he he... ngerti dikit lah aku tuh... satsang itu
pergaulan yang menunjang evolusi batin kita.” Si batik kembang-kembang
menjelaskan agak bangga dia.
“Aku juga suka banget kalau diajak ke perkumpulan itu, sejuk
dan tenang rasanya. Kalau pake bahasa di fesbuk, aku like banget tempat itu.”
Si Ungu menimpali dengan semangat. Sudah mulai nampak ceria dia.
“Kita do’akan saja ya supaya si Abu-abu dan si batik merah
muda juga si batik hijau itu bisa ditemukan oleh orang yang bisa menggunakan
mereka dengan baik. Kan mereka masih bisa dipakai. Masih layak pakai. Semoga
mereka baik-baik saja.” Si baju hitam berkata dengan bijak.
“Iya, semoga mereka ditemukan dan digunakan dengan baik oleh
orang yang tepat. Walaupun pasti mereka juga kangen dengan kita di sini.” Si
batik merah menyahut.
Para baju dan celana itu pun terdiam untuk mendo’akan
teman-teman mereka yang entah berada di mana. Suasana pun tenang kembali.