“Bravo!!! Keren banget sih kamu,”
Itu ucapan mu tatkala ku beri
tahu bahwa buku ku sudah berhasil diterbitkan oleh salah satu penerbit
terkemuka di negeri kita.
“Tapi… aku sih ga terlalu kaget
karena sejak awal aku ketemu kamu, aku sudah punya feeling kalau suatu hari
kamu akan jadi “orang besar”, he he he….” Lanjut mu membuat aku jadi geer
mendengarnya.
Ngomong-ngomong jadi orang besar,
sebenarnya aku sudah besar dalam arti perawakanku. Yah, dibandingkan dengan
temanku itu, ia hanya sepundak ku bila kami berdiri berdampingan. Tapi itu tak
membuat ku meremehkannya, aku tak melihat penampilan fisik seseorang bila
berteman. Semua ku anggap sama, selama orang itu mau berteman dengan ku. Maka dari
itu, aku punya banyak teman mulai dari tukang becak yang mangkal di gang rumah
ku sampai para senior ku alias tetangga ku yang udah bapak-bapak yang secara
berkala mengadakan pertemuan di lingkungan kami.
“yah…. Kok buku IT sih, kamu tuh
lebih pas menulis cerpen atau pun novel entah itu tentang cinta, sejarah atau
yang lainnya. Bukan buku IT seperti itu. Oops… mungkin juga aku salah, dengan menerbitkan
buku-buku IT lebih dahulu, ke depannya kamu lebih mudah menerbitkan kumpulan
cerpen atau novel. Aku yakin itu, suatu ketika akan ku baca novel-novel mu,”
suara mu menyiratkan kekecewaan atas kabar bahwa buku yang diterbitkan adalah
buku-buku dengan tema IT yang memang aku sedang tekuni saat ini.
Aku menggeluti dunia itu secara
otodidak dan aku menikmati bidang itu yang akhirnya menjadi profesi ku
sehari-hari kini sejak beberapa tahun lalu. Aku merasakan betapa enaknya
profesi ku ini, karena kian hari skill ku kian bertambah dan aku pun
mendapatkan income yang tak sedikit. Enaknya…. Sambil belajar mengasah
kemampuan, aku mendapatkan uang juga. Ini lah asyiknya bila mana hobi menjadi
profesi atau profesi menjadi hobi, ga berasa lagi kerja soalnya. Ga ada yang
maksa atau nuntut karena kita mengerjakannya dengan hati yang suka. Betapa enjoynya
aku dengan dunia ku kini.
“Ah… becanda kamu…., apa menurut
mu aku bisa nulis? Apa lagi bikin novel wah berat banget tuh buat aku yang
males baca yang jadi syarat untuk bisa nulis. Aku sih cuma bisa nulis diary doang, biasa
cewek…. Curhat….. berhubung aku ga punya teman dekat ya aku curhat ama buku
diary ku aja deh, he he he… jadi malu aku,” ungkap mu tatkala aku ajak untuk
kolaborasi nulis bareng.
Setahuku dia itu punya banyak
teman. waktu di SMK dulu dia jadi tempat curhat teman sekelas kami. Dia memang
seorang pendengar yang baik dan enak diajak diskusi tapi… dia agak tertutup
tatkala pembicaraan mengarah ke masalah pribadi atau keluarganya. Ia pintar
membelokkan ke masalah yang lain. Dia nampak misterius di mata ku namun ke
misteriusan itulah yang membuat aku jatuh cinta padanya, tanpa ia mengetahuinya
sampai kini. Ku simpan rapi hati ku hanya untuk nya, aku selalu berharap ia
mengetahui rasa yang ku pendam ini.
“Yo wis…. Aku belajar nulis dulu
yah, pakai apa tadi? Pakai media blog kecil-kecilan gitu?,” balas mu ketika aku
setengah maksa supaya kamu juga mulai menulis. Aku bilang kalau nulis tuh asyik
karena kita bisa berekspresi lewat kata-kata, bisa melanglang buana di dunia penuh
imajinasi. Otak pun jadi encer. Nulis ga perlu pusing itu moto ku yang sampai
saat ini aku terapkan pada diri ku sendiri. Ga perlu pusing apakah ada yang
baca tulisan kita atau ada yang kasih opini miring tentang tulisan kita. Pokoknya
ga pake pusing lah yaw….. enjoy aja.
Dan salah satu media yang bisa
kita jadikan tempat untuk nulis selain buku diary ya tentu saja blog. Jaman sekarang
yang serba online begini, kita juga jangan jadi kuper, ga tau teknologi. Yah…
ga usah yang ribet-ribet lah, pake aja media bikin blog yang gratis tuh yang
disediakan sama mbah Google. Itu pun udah mantep dah buat kita nulis sana nulis
sini mulai dari yang serius sampai yang lucu ga karuan alias garing he he he...
“Maaf nih, kayaknya aku mesti
pergi belanja nemenin ibu ku nih…., sampai jumpa lagi yah di percakapan
berikutnya, sukses slalu untuk mu yah… bye….” pamit mu sore itu membuat
percakapan kita via handphone mesti berakhir. Padahal aku ingin ngobrol lebih
lama dengan mu tapi biarlah toh besok pun aku tetap bisa menelpon mu. Aku relakan
saja kamu pergi bersama ibu mu sore itu dan aku akan tetap menyimpan rapi hati
ku untuk mu seorang.
Rindu, nama yang indah yang
termaktub dalam sanubari ku. Rindu, aku mencintai mu dan kini aku merindukan
mu. Tunggu aku Rindu, akan ku pinang kau dengan novel karya-karya ku…….
Image : Google Search