Jumat, 16 November 2012

Sebuah Kisah di Negeri Antah Berantah


 Entah benar atau tidak, namun sepertinya sudah menjadi kepercayaan banyak orang bahwa bila mana seseorang menyakiti orang suci/bijak maka orang tersebut akan kena tulah atau kualat alias kena musibah. Entah itu penyakit ataupun sesuatu mengerikan yang lain. Sepertinya Sang Pangeran menjaga para suci atau para bijak dengan caraNya yang tak diduga-duga.

Sang Pangeran tidak rela bila para kekasihNya disakiti. IA memang tidak pilih kasih, sebetulnya kita memang tidak boleh menyakiti sesama mahlukNya terlebih para suci atau para bijak tersebut yang nota bene adalah kekasih Sang Pangeran.

Konon di suatu negeri antah berantah, suatu kali ada gerombolan orang yang berniat menjatuhkan atau lebih tepatnya membunuh karakter seorang bijak. Orang bijak tersebut memang bukan orang sembarangan, agak sulit untuk menjatuhkannya dengan cara-cara yang biasa. Orang bijak tersebut sungguh penuh kasih terhadap sesama mahluk ciptaanNya. Ia dikenal sebagai orang yang cinta damai dan bermaksud mengajak semua kalangan untuk selalu memiliki hati dan jiwa yang damai dan mendamaikan.

Bersama kelompoknya, sang bijak bahu membahu untuk menyebarkan pesan-pesan universal yakni love, peace and harmony dengan beraneka cara. Kian lama, kian banyak yang mengikuti sang bijak dan hal ini tidak disukai oleh penguasa setempat yang memang tidak menghendaki persatuan.

Sang penguasa negeri antah berantah tersebut ingin mengubah haluan negara yang dipimpinnya. Ia pun kena hasut dari oknum-oknum yang menghendaki kekayaan yang ada dalam bumi negerinya itu. Sang penguasa tidak menyadari hal itu.

Maka dengan menggunakan gerombolan orang yang tidak suka dengan cara-cara sang bijak, maka disusunlah rencana untuk menjatuhkan beliau. Cara keji yang dipilih mereka, cara biadab yang sering kali digunakan untuk membunuh karakter seseorang. Pembunuhan karakter tersebut dimaksudkan agar orang bijak itu dihujat, dihina, dan ditinggalkan oleh para sahabat, pengikut dan pencinta beliau.

Pelecehan seksual adalah cara keji tersebut. Selama kurang lebih 2 tahun sang bijak harus menjalani persidangan. Selama persidangan tak sedikit yang menghujat dan mencibir beliau. Namun para pengikut yang setia tak goyah akan apa yang dituduhkan kepadanya. Mereka tetap mendampingi sang bijak dalam mengadapi tuduhan yang diarahkan kepadanya.

Berita tentang pelecehan seksual yang dituduhkan kepada sang bijak tersebar luas dari mulut ke mulut. Gerombolan itu memang dengan terorganisir menyebar luaskan tuduhan tersebut. Tak kenal lelah mereka berkoar-koar.

Anggota masyarakat yang tidak mengenal sang bijak, dengan serta merta berpendapat negative tentangnya.

Ada yang berkata;” kok orang bijak seperti itu kelakuannya, ga setimpal dengan yang dia sampaikan,”

Ada juga yang berpendapat; “ah ga aneh lah, orang kayak gitu. Kirain bener ga tau nya sama aja dengan yang lain,”

“Apa kata gua, dia kan bukan orang bener. Cuma pura-pura bijak aja. Sekarang terbukti kan?” ini dari yang lain

Itu baru beberapa opini yang memperlihatkan bahwa sang bijak diadili tanpa peradilan terlebih dahulu. Pengadilan yang berlangsung belum tuntas tapi masyarakat sudah memberi label bersalah padanya.
Padahal itu hanyalah ulah dari sang penguasa yang ingin mengenyahkan sang bijak. Masyarakat dibodoh-bodohi.

Namun, Sang Pangeran menunjukkan pertolonganNya kepada kekasihNya itu, sang bijak.

Satu demi satu anggota gerombolan tersebut terkena musibah, sang koordinator gerombolan diusir oleh istrinya sendiri karena tertangkap basah melecehkan anak perempuannya. Tak lama kemudian ia pun mengidap penyakit aneh yang mengakibatkan ia dijauhi oleh masyarakat.

Anggota gerombolan pun satu persatu mengalami hal-hal di luar jangkauan pikiran mereka. Mereka pun sebenarnya sadar bahwa itu karena ulah mereka atas sang bijak. Mereka menjalani sisa hidup mereka dalam derita yang berkepanjangan.

Sesepuh setempat yang memutuskan perkara sang bijak pun tak kalah hebohnya menerima sanksi dari Sang Pangeran atas perbuatannya bersama gerombolan tersebut. Salah satu dari mereka dilaporkan ke lembaga negara yang lebih tinggi karena dilaporkan menerima suap berupa upeti dari seseorang dalam kasus lain yang ia tangani. Ia tak bisa mengelak dan terbukti bersalah. Ia pun diberhentikan dari jabatan yang ia pegang. Kesalahan demi kesalahan yang ia lakukan seolah menghantui orang itu tiap malam menjelang sehingga akhirnya ia pun hidup dalam ketakutan.

Dua orang yang membantu sepuh itu pun mengalami hal yang tak jauh berbeda dengannya.

Akhirnya kabar pun tersiar bahwa para pemutus tuduhan sang bijak lah yang patut untuk dihukum dan diusir dari masyarakat karena telah bertindak sewenang-wenang. Sang bijak pun bebas dari perkara yang dituduhkan itu, kabar tersebut disebar luaskan dari mulut ke mulut. Dan bertambah banyak lah pengikut sang bijak dan ajaran Sang Pangeran pun kian meluas seantero jagat.


Flag Counter