Sang Pangeran tidak rela bila para kekasihNya disakiti. IA
memang tidak pilih kasih, sebetulnya kita memang tidak boleh menyakiti sesama
mahlukNya terlebih para suci atau para bijak tersebut yang nota bene adalah
kekasih Sang Pangeran.
Konon di suatu negeri antah berantah, suatu kali ada
gerombolan orang yang berniat menjatuhkan atau lebih tepatnya membunuh karakter
seorang bijak. Orang bijak tersebut memang bukan orang sembarangan, agak sulit
untuk menjatuhkannya dengan cara-cara yang biasa. Orang bijak tersebut sungguh
penuh kasih terhadap sesama mahluk ciptaanNya. Ia dikenal sebagai orang yang cinta
damai dan bermaksud mengajak semua kalangan untuk selalu memiliki hati dan jiwa
yang damai dan mendamaikan.
Bersama kelompoknya, sang bijak bahu membahu untuk
menyebarkan pesan-pesan universal yakni love, peace and harmony dengan beraneka
cara. Kian lama, kian banyak yang mengikuti sang bijak dan hal ini tidak disukai
oleh penguasa setempat yang memang tidak menghendaki persatuan.
Sang penguasa negeri antah berantah tersebut ingin mengubah
haluan negara yang dipimpinnya. Ia pun kena hasut dari oknum-oknum yang
menghendaki kekayaan yang ada dalam bumi negerinya itu. Sang penguasa tidak
menyadari hal itu.
Maka dengan menggunakan gerombolan orang yang tidak suka
dengan cara-cara sang bijak, maka disusunlah rencana untuk menjatuhkan beliau. Cara
keji yang dipilih mereka, cara biadab yang sering kali digunakan untuk membunuh
karakter seseorang. Pembunuhan karakter tersebut dimaksudkan agar orang bijak
itu dihujat, dihina, dan ditinggalkan oleh para sahabat, pengikut dan pencinta
beliau.
Pelecehan seksual adalah cara keji tersebut. Selama kurang
lebih 2 tahun sang bijak harus menjalani persidangan. Selama persidangan tak
sedikit yang menghujat dan mencibir beliau. Namun para pengikut yang setia tak
goyah akan apa yang dituduhkan kepadanya. Mereka tetap mendampingi sang bijak dalam
mengadapi tuduhan yang diarahkan kepadanya.
Berita tentang pelecehan seksual yang dituduhkan kepada sang
bijak tersebar luas dari mulut ke mulut. Gerombolan itu memang dengan terorganisir
menyebar luaskan tuduhan tersebut. Tak kenal lelah mereka berkoar-koar.
Anggota masyarakat yang tidak mengenal sang bijak, dengan
serta merta berpendapat negative tentangnya.
Ada yang berkata;” kok orang bijak seperti itu kelakuannya,
ga setimpal dengan yang dia sampaikan,”
Ada juga yang berpendapat; “ah ga aneh lah, orang kayak
gitu. Kirain bener ga tau nya sama aja dengan yang lain,”
“Apa kata gua, dia kan bukan orang bener. Cuma pura-pura
bijak aja. Sekarang terbukti kan?” ini dari yang lain
Itu baru beberapa opini yang memperlihatkan bahwa sang bijak
diadili tanpa peradilan terlebih dahulu. Pengadilan yang berlangsung belum
tuntas tapi masyarakat sudah memberi label bersalah padanya.
Padahal itu hanyalah ulah dari sang penguasa yang ingin
mengenyahkan sang bijak. Masyarakat dibodoh-bodohi.
Namun, Sang Pangeran menunjukkan pertolonganNya kepada
kekasihNya itu, sang bijak.
Satu demi satu anggota gerombolan tersebut terkena musibah,
sang koordinator gerombolan diusir oleh istrinya sendiri karena tertangkap
basah melecehkan anak perempuannya. Tak lama kemudian ia pun mengidap penyakit
aneh yang mengakibatkan ia dijauhi oleh masyarakat.
Anggota gerombolan pun satu persatu mengalami hal-hal di
luar jangkauan pikiran mereka. Mereka pun sebenarnya sadar bahwa itu karena
ulah mereka atas sang bijak. Mereka menjalani sisa hidup mereka dalam derita
yang berkepanjangan.
Sesepuh setempat yang memutuskan perkara sang bijak pun tak
kalah hebohnya menerima sanksi dari Sang Pangeran atas perbuatannya bersama
gerombolan tersebut. Salah satu dari mereka dilaporkan ke lembaga negara yang
lebih tinggi karena dilaporkan menerima suap berupa upeti dari seseorang dalam
kasus lain yang ia tangani. Ia tak bisa mengelak dan terbukti bersalah. Ia pun
diberhentikan dari jabatan yang ia pegang. Kesalahan demi kesalahan yang ia
lakukan seolah menghantui orang itu tiap malam menjelang sehingga akhirnya ia
pun hidup dalam ketakutan.
Dua orang yang membantu sepuh itu pun mengalami hal yang tak
jauh berbeda dengannya.
Akhirnya kabar pun tersiar bahwa para pemutus tuduhan sang
bijak lah yang patut untuk dihukum dan diusir dari masyarakat karena telah
bertindak sewenang-wenang. Sang bijak pun bebas dari perkara yang dituduhkan
itu, kabar tersebut disebar luaskan dari mulut ke mulut. Dan bertambah banyak
lah pengikut sang bijak dan ajaran Sang Pangeran pun kian meluas seantero
jagat.