Selasa, 13 November 2012

Denting itu


Denting suara angin bertiup yang memukul rangkaian besi-besi ringan yang digantung di sisi kiri atap rumah ku masih terdengar merdu. Aku sangat menikmati alunan suaranya. Aku tak peduli apa kata orang.

Pernah ada yang berkata bahwa suaranya bikin berisik saja, bikin orang ga bisa tidur dibuatnya. Klinting-klinting gak karuan. Ada juga yang berpendapat bahwa suaranya sih oke tapi kurang elegan bentuk rangkaian besi-besi yang tergantung di situ, coba diubah bentuknya sedikit dengan menggunakan sedikit ketrampilan pandai besi, pasti suaranya akan tepat dan pas.

Ada juga yang berkomentar tak peduli dengan bentuknya tapi suaranya itu yang membuat orang di sekitar enggan beranjak mendengarkannya. Jadi bikin malas beraktifitas kalau sudah mendengar suara dentingnya.

Ada juga yang pernah diam-diam ingin mencurinya. Bukan karena jatuh cinta dan ingin memiliki sendiri denting rangkaian besi-besi itu tapi karena ingin memusnahkannya, ingin dibuangnya jauh-jauh benda yang berdenting itu. Sungguh bikin pusing kepala katanya. Tetangga ku itu memang sering sakit gigi yang aku ketahui ia sering menggunakan plester di pipinya yang terkadang di sebelah kanan, kadang di sebelah kiri. Jadi ya, aku harap maklumlah dengan tingkahnya itu…

Tapi… upayanya itu tak pernah berhasil. Sampai kini pun rangkaian besi-besi itu masih tergantung dengan santainya di tempatnya semula tak pernah bergeser sedikitpun. Karena hal itu, ada yang berpendapat bahwa rangkaian besi-besi itu bukan rangkaian biasa, ada daya magis padanya.

Pernah suatu ketika anak balita salah satu tetanggaku menangis tak habis-habisnya di tengah hari nan mendung. Tangisnya itu karena jari-jari kakinya tersiram kuah panas mie instan yang sedang disuapi sang ibunda. Tak sengaja memang namun si anak tak dapat menghentikan tangisnya. Makan siang pun gagal dan sang ibunda perlu kerja keras untuk membuatnya tenang kembali.

Sudah hampir setengah jam anak itu menangis namun tak mau reda juga. Bujuk rayu sudah dilakukan sang ibunda dan tetangga yang lain. Tat kala angin mulai bertiup dan menciptakan suara denting rangkaian besi-besi yang tergantung itu, si anak perlahan-lahan menghentikan tangisnya demi mencari arah suara denting yang tercipta.

Sejak saat itu kian kuatlah pandangan tetangga ku bahwa rangkaian besi-besi itu memang tak bisa dibilang biasa. Dan sejak saat itu pula rangkaian besi-besi itu kian berdenting dengan merdunya tanpa ada gangguan sedikit pun.

Tapi, lagi-lagi aku tak perduli dengan apa yang orang-orang katakan atau nilai tentang denting rangkaian besi-besi itu. Aku sungguh menikmatinya kapan pun tanpa mengganggu aktifitasku. Aku sungguh mencintai denting rangkaian besi-besi itu. Seolah sudah menjadi bagian dari keseharian ku. Aku jatuh cinta pada dentingnya itu. Entah pagi hari, siang ataupun malam kala angin bertiup. Ah…. Indahnya….


Image: Google search
Flag Counter