Rabu, 03 September 2014

Petualangan di Pagi Hari

Gambar dari Google
Hari pertama bulan September tahun ini bertepatan dengan hari Senin, hari pertama dalam sepekan. Hari pertama memulai rutinitas bagi kita semua.

Well, hari yang membahagiakan setidaknya bagi tiga orang sahabat. Hari di mana juga dikenal dengan peringatan hari Bhakti bagimu ibu Pertiwi jatuh tiap tanggal 1 September.

Mereka, Moyo, Rahman dan Rahayu mulai berjibaku dengan jalanan di ibukota ini sejak pukul 6 pagi. Tujuan mereka hari itu adalah membagikan nasi bungkus kepada yang layak menerimanya.

Berangkat pagi-pagi sekali, mereka membulatkan niat bahwa yang mereka lakukan adalah sebuah misi yang mulia, yakni berbagi dengan orang-orang yang memerlukan. Berbagi berkah dengan sesama dan kali ini bentuknya berupa makanan, sarapan pagi.
Kawasan yang mereka pilih sebagai sasarannya adalah kawasan/daerah di mana berdiri tempat mereka mengolah diri, memberdaya diri di bawah pimpinan (yang mereka sebut sebagai Guru), Ki Dharma.

Dan, hari itu pun juga merupakan hari kelahiran Ki Dharma.

**
“Sambil lihat kanan-kiri ya mas,” Moyo berkata kepada Rahman yang duduk di sampingnya sementara ia mengemudikan Avanza marunnya.

“Sip,” sambut Rahman.

Mereka memang mencari orang yang layak menerima nasi bungkus yang mereka bawa di bagasi.

“Wah, itu mas Moyo ada seorang penyapu jalanan,” kali ini Rahayu bersuara dari kursi belakang.

“wuih, pas banget tuh. Sebentar saya parkir dulu,” Moyo bersemangat.

Setelah memarkir kendaraannya, mereka pun turun dan bergegas ke arah penyapu jalanan itu yang ternyata adalah seorang wanita paruh baya.

Dengan rasa terharu wanita yang nampaknya bekerja sedari tadi itu mengucapkan rasa terima kasihnya dan juga mendoakan kesehatan kepada mereka.

Moyo, Rahman dan Rahayu seperti mendapatkan suntikan energi dari wanita tadi sehingga mereka dengan penuh semangat melanjutkan misi mereka.

Wah, betul-betul hari yang penuh dengan kebahagiaan bagi mereka bertiga karena melihat pancaran wajah yang bergembira saat menerima nasi bungkus dari mereka.

Satu hal yang mereka sadari, ternyata rasa bahagia, rasa syukur itu bisa menular. Ya, rasa syukur itu menular kepada orang-orang di sekeliling kita. Dan bila rasa syukur, rasa bahagia itu bisa menular pasti demikian pula dengan rasa sedih, stress, amarah dan lain sebagainya.

Ternyata segala perasaan yang ada dalam diri seseorang itu bisa menular pada lingkungan di sekitar mereka. So, itulah perlunya untuk senantiasa bersyukur sehingga yang kita tularkan hal yang baik-baik saja 

Pagi menjelang siang, hampir pukul 8.30

“Tinggal 2 bungkus lagi nih, tetap semangat yah,” Moyo berucap sambil tersenyum lebar.

“Siap bos....,” kali ini Rahman dan Rahayu menyambutnya dengan bersamaan.

Mereka pun tertawa bersama....
Flag Counter