Sudah berjam-jam aku duduk di
kursi ini menghadapi pc ku plus ditemani dengan secangkir kopi susu hangat yang kini
sudah mulai dingin. Aku masih terpaku. Mencoba mencari-cari ide tulisanku yang
ingin ku tuangkan hari ini.
Hmm…..
Masih terus aku berputar-putar,
masih terus browsing sana browsing sini. Cari inspirasi. Ah… seperti nya buntu.
Ku teguk kopi susu ku yang menunggu ku sedari tadi. Kurasakan ia mengalir dalam
tenggorokan ku, nikmatnya….. ku ucapkan terima kasih pada secangkir kopi susu
ku itu dan pada tenggorokan ku yang masih sehat dan segenap syaraf-syarafku
yang masih mampu merasakan nikmatnya kopi susu ku hari ini.
Apa jadinya bila kopi susu itu
nikmat tapi syaraf-syaraf di tubuhku menolaknya? Apa jadinya bila tenggorokan
ku tidak bersedia mengalirkannya? Pasti akan lain ceritanya, aku pasti harus
mengunjugi dokter pribadi ku demi memeriksa apa yang salah dengan tubuhku.
Ah…. Sebuah kesehatan memang
suatu anugrah yang harus selalu disyukuri adanya. Memang seringkali kita
mengabaikannya sampai pada suatu ketika kita dipaksa untuk memperhatikannya. Yah….
Sebelum dipaksa untuk memperhatikan tubuh alias sakit memang lebih baik untuk
selalu mensyukuri nikmat sehat dan senantiasa menjaganya.
Pernah beberapa bulan yang lalu
aku dipaksa untuk itu, memang ini bukan kali pertama L
Tubuhku terasa lemas tak berdaya
meski hanya berjalan beberapa meter saja. Panas tubuhku tinggi beberapa saat
untuk kemudian menurun kembali. Tubuhku sulit mengeluarkan kotoran yang memang
harus aku keluarkan, terasa tersiksa saat-saat harus ke toilet.
Setelah berkonsultasi dengan
teman dokter ku, aku diharuskan istirahat total selama 2 minggu dan hanya makan
yang empuk-empuk saja plus minum obat yang ia resepkan. Hmm…. Terasa lama
bagiku untuk istirahat selama itu, tak enak rasanya kurasakan kala itu. Tapi…
itu toh salahku sendiri karena tidak menjaga tubuh dengan baik. Aku dipaksa
untuk istirahat demi mengembalikan kesehatan tubuhku.
Itu sudah berlalu tapi ada
pelajaran berharga di dalamnya. Aku pun harus mengucapkan terima kasih pada
penyakit ku itu.
Masih tetap dalam posisi ku kini.
Di depan pc ku yang mulai butut plus dengan secangkir kopi susu yang sudah
kutenggak setengahnya. Hari kian sore,
detik demi detik terus berjalan tak terpengaruh oleh apapun. Sang waktu, kala
terus bergulir, menggelinding entah ke mana, tak ada yang tahu pasti akan
sampai di mana sang kala bergulir. Kemudian kalau ia, sang kala berhenti
bergulir maka manusia akan menamainya kiamat bukan sang kala lagi. Sang kala
berubah menjadi kiamat karena berhentinya ia bergulir, mengalir, menggelinding.
Adakah saat itu? Entah lah aku
tak tahu
Para ilmuwan berpendapat bahwa
semesta mengembang adanya, tak berhenti. Tak ada titik henti, setidaknya belum
ditemukan bahwa semesta akan berhenti. Usianya sudah terlampau lama tapi belum
ditemukan tanda-tanda akan berhenti.
Hmm….
Kurasakan aku mesti menggerakkan
tubuhku sejenak setelah sekian jam aku terduduk di depan pc ku. Aku bangkit dan
mulai menggerak-gerakkan tubuhku. Ku angkat ke dua tanganku ke atas
tinggi-tinggi kemudian ku miringkan tubuhku se kiri dan kanan juga ke depan dan
ke belakang. Nikmatnya bisa bergerak….
Yup, sudah agak hilang
pegal-pegal yang menghantui tubuhku dan kini saatnya aku meneruskan untuk
kembali duduk di depan pc ku melanjutkan mencari inspirasi untuk dituliskan. Oya,
sebelumnya ku pergi menuju salah satu sudut rumah ku untuk kembali membuat secangkir tambahan kopi susu buat
menemaniku mencari inspirasi kembali……
Kini…. Aku sudah kembali berada
di depan pc ku lengkap dengan secangkir kopi susu kesukaanku….
Image: Google search