“apa kabar?”
Sebuah suara mengejutkan ku untuk
segera menoleh. Tapi… sepertinya ada hal yang menahan ku untuk tidak menoleh. Dengan
perasaan agak bingung dan menebak-nebak pemilik suara, aku akhirnya memaksakan
diri untuk sekedar memalingkan wajah ku ke arah suara tersebut.
Angin di sore itu cukup
bersahabat setidaknya bagi ku yang memang senang sekali menikmati sore hari di
sisi samping rumah ku. Bangku yang ku duduki menghadap ke jalan sebenarnya tapi
agak terhalang dengan tanaman pagar yang cukup tinggi dan rapat, jadi cukup
membuat ku nyaman tanpa harus melihat dan menyapa tetangga ku yang lewat.
Sesosok pria yang tak ku kenal
berdiri di samping ku. Ia Nampak seorang pria yang baik dari penampilannya,
terkesan sekali ia menjaga tubuhnya pula dengan baik. Ia tersenyum pada ku
berupaya untuk membuka pembicaraan lebih jauh.
Aku seperti sudah terbiasa dengan
hal ini. Sudah aku tebak rasanya pasti orang ini disuruh berkenalan dengan ku
dan menjadi teman ku menjalani hari-hari ku. Sudah menjadi kebiasaan orang tua
ku melakukan hal ini. Mereka mencari pria atau pun wanita yang bersedia untuk
menyisihkan waktu mereka untuk menemani ku, di sini, di sisi samping rumah ku.
Tak menunggu jawaban apa pun dari bibir ku,
akhirnya ia duduk di kursi panjang yang
ada di hadapan ku. Senyumnya masih tersisa di wajahnya. Dengan seksama ia memperhatikan
aku yang tengah asik dengan diri ku sendiri. Duduk di hadapannya seolah ia tak
ada.
Aku memang benar-benar menikmati
diri ku setiap saat. Ia terus
memperhatikan aku sambil memperkenalkan diri.
“perkenalkan, nama ku Satria,” ia
mulai memperkenalkan diri
“aku masih kuliah semester awal
di Jakarta yang panas dan macet ini,” lanjutnya sambil tetap tersenyum
Aku tentu saja mendengarkannya
berbicara pada ku. Aku berusaha
mendengarkan setiap perkataannya. Merdu di telinga ku seperti alunan suara
rumpun-rumpun bambu yang saling bergesekan tertiup hembusan angin semilir tak
jauh dari rumah ku.
Hmmm…..
Sesekali ia berhenti demi
menunggu sepatah atau dua patah kata yang keluar dari bibir ku. Tapi itu tak ia
dapatkan.
Aku tak terlalu pusing karenanya. Aku memang seorang
pendengar yang baik namun bila untuk berbicara maka aku pun menyerah. Hari-hari
ku isi dengan diam seribu bahasa. Sementara telinga ku mendengar segala macam
hingar bingar ataupun lembut nya alunan semilir angin tapi tidak dengan
bibirku. Bibir ku kelu untuk mengucapkan sepatah kata pun.
Ya, aku seorang bisu…..
Image: Google search