Kala bulan puasa tiba, seperti bulan puasa tahun ini, kami jadi teringat dengan masa-masa kecil kami di saat bulan puasa. Kami berasal dari keluarga yang menganut agama Islam, jadi berpuasalah kami sekeluarga dan tetangga-tetangga kami lainnya yang beragama sama.
Sehari sebelum puasa, ada kebiasaan untuk mandi keramas. Kami
pun melakukan hal yang sama pada waktu itu. Kebiasaan itu masih ada sampai saat
ini. Namun, kini berpikir bahwa memang sudah seharusnya kita mandi keramas
setiap hari supaya selalu bersih (dalam hal ini rambut kita).
Yang tak bisa dilupakan adalah moment shalat taraweh
berjamaah. Pada waktu kecil dulu usia sekolah dasar, kami rajin mengikuti
shalat taraweh berjamaah di mushala dekat rumah. Mushala itu tidak terlalu
besar seperti mushala-mushala saat ini. Jadilah mushala itu penuh menampung
jamaah lelaki dan perempuan di lingkungan kami, terlebih pada 10 hari pertama
bulan puasa. Pasti penuh, dan biasanya kami datang lebih awal supaya kebagian
tempat J
Walaupun masih usia sekolah dasar, tapi kami selalu shalat
dengan rapih alias tidak ngobrol dengan teman-teman sebaya. Ga tau ya, apa yang
ada dalam pikiran kami saat itu. Kami shalat seperti jamaah dewasa
melakukannya.
Hmm…. Dulu memang berbeda dengan sekarang.
Oya, walaupun petasan atau kembang api sudah ada waktu kami
kecil dulu tapi tak banyak yang menyalakannya saat bulan puasa, paling-paling
pas malam takbiran yakni malam di mana keesokan harinya kita merayakan lebaran
alias idul fitri. Kami biasa melakukan hal itu di halaman belakang rumah bersama dengan kakak dan adik,
kami menyalakan kembang api dengan senang hati untuk kemudian melemparkannya ke
atas pohon, dan jadilah kembang api yang sudah kami bengkokkan pegangannya itu
tersangkut di ranting pohon. Kami menikmati saat-saat itu dengan senang.
Petasan dan kembang api mudah sekali dijumpai di bulan puasa |
Kini, kembang api atau petasan mudah sekali didapatkan
selama bulan puasa. Dan biasanya hampir setiap hari saat sesudah magrib dan
shalat subuh, anak-anak (biasanya usia sekolah dasar) menyalakannya bersama
teman-teman mereka.
Di dekat rumah kami yang kebetulan bersebelahan dengan
stadion lebak bulus, bulan puasa terutama sesudah shalat subuh banyak sekali
anak-anak yang perang petasan atau kembang api, mereka saling lempar atau
menyalakannya dan diarahkan ke kelompok yang ada di seberang mereka. Al hasil
suasana pagi yang mestinya hening dan indah menjadi berisik dengan suara
petasan dan kembang api. Tak jarang pula ada yang menangis karena terkena
kembang api atau petasan.
Hal itu berlangsung cukup lama namun syukurlah untuk tahun
ini tidak terjadi lagi. Tidak ada anak-anak yang “bermain” atau perang petasan
dan kembang api. Ya, memang lebih baik tidak membeli untuk kemudian membakar
petasan atau kembang api karena berbahaya apalagi biasanya anak-anak
menyalakannya sambil bercanda dengan teman mereka sehingga rentan sekali
terjadi kecelakaan karenanya. Entah itu yang terkena bagian tangan, kaki
ataupun mata dan bagian tubuh lainnya.
Sepertinya memang, kembang api dan petasan ini banyak
mengambil korban di bulan puasa oleh karena itu kita mestinya memberi nasehat
atau pengarahan pada adik-adik atau anak-anak kita supaya tidak bermain petasan
atau kembang api. Puasa tanpa kembang api dan petasan kan jadi lebih nyaman
tanpa suara bising ataupun aroma yang dikeluarkannya dan uang yang biasanya
untuk membeli petasan atau kembang api itu bisa ditabung guna menyambut lebaran
nanti J
Selamat berpuasa.... Terima kasih untuk hari ini
Image: Google search