Rabu, 25 Juli 2012

Kenangan di kala bulan puasa (petasan dan kembang api)


Kala bulan puasa tiba, seperti bulan puasa tahun ini, kami jadi teringat dengan masa-masa kecil kami di saat bulan puasa. Kami berasal dari keluarga yang menganut agama Islam, jadi berpuasalah kami sekeluarga dan tetangga-tetangga kami lainnya yang beragama sama.

Sehari sebelum puasa, ada kebiasaan untuk mandi keramas. Kami pun melakukan hal yang sama pada waktu itu. Kebiasaan itu masih ada sampai saat ini. Namun, kini berpikir bahwa memang sudah seharusnya kita mandi keramas setiap hari supaya selalu bersih (dalam hal ini rambut kita).

Yang tak bisa dilupakan adalah moment shalat taraweh berjamaah. Pada waktu kecil dulu usia sekolah dasar, kami rajin mengikuti shalat taraweh berjamaah di mushala dekat rumah. Mushala itu tidak terlalu besar seperti mushala-mushala saat ini. Jadilah mushala itu penuh menampung jamaah lelaki dan perempuan di lingkungan kami, terlebih pada 10 hari pertama bulan puasa. Pasti penuh, dan biasanya kami datang lebih awal supaya kebagian tempat J

Walaupun masih usia sekolah dasar, tapi kami selalu shalat dengan rapih alias tidak ngobrol dengan teman-teman sebaya. Ga tau ya, apa yang ada dalam pikiran kami saat itu. Kami shalat seperti jamaah dewasa melakukannya.

Hmm…. Dulu memang berbeda dengan sekarang.

Oya, walaupun petasan atau kembang api sudah ada waktu kami kecil dulu tapi tak banyak yang menyalakannya saat bulan puasa, paling-paling pas malam takbiran yakni malam di mana keesokan harinya kita merayakan lebaran alias idul fitri. Kami biasa melakukan hal itu di halaman belakang rumah bersama dengan kakak dan adik, kami menyalakan kembang api dengan senang hati untuk kemudian melemparkannya ke atas pohon, dan jadilah kembang api yang sudah kami bengkokkan pegangannya itu tersangkut di ranting pohon. Kami menikmati saat-saat itu dengan senang.

Petasan dan kembang api mudah sekali dijumpai di bulan puasa

Kini, kembang api atau petasan mudah sekali didapatkan selama bulan puasa. Dan biasanya hampir setiap hari saat sesudah magrib dan shalat subuh, anak-anak (biasanya usia sekolah dasar) menyalakannya bersama teman-teman mereka.

Di dekat rumah kami yang kebetulan bersebelahan dengan stadion lebak bulus, bulan puasa terutama sesudah shalat subuh banyak sekali anak-anak yang perang petasan atau kembang api, mereka saling lempar atau menyalakannya dan diarahkan ke kelompok yang ada di seberang mereka. Al hasil suasana pagi yang mestinya hening dan indah menjadi berisik dengan suara petasan dan kembang api. Tak jarang pula ada yang menangis karena terkena kembang api atau petasan.

Hal itu berlangsung cukup lama namun syukurlah untuk tahun ini tidak terjadi lagi. Tidak ada anak-anak yang “bermain” atau perang petasan dan kembang api. Ya, memang lebih baik tidak membeli untuk kemudian membakar petasan atau kembang api karena berbahaya apalagi biasanya anak-anak menyalakannya sambil bercanda dengan teman mereka sehingga rentan sekali terjadi kecelakaan karenanya. Entah itu yang terkena bagian tangan, kaki ataupun mata dan bagian tubuh lainnya.

Sepertinya memang, kembang api dan petasan ini banyak mengambil korban di bulan puasa oleh karena itu kita mestinya memberi nasehat atau pengarahan pada adik-adik atau anak-anak kita supaya tidak bermain petasan atau kembang api. Puasa tanpa kembang api dan petasan kan jadi lebih nyaman tanpa suara bising ataupun aroma yang dikeluarkannya dan uang yang biasanya untuk membeli petasan atau kembang api itu bisa ditabung guna menyambut lebaran nanti J


Selamat berpuasa.... Terima kasih untuk hari ini 



Image: Google search
Flag Counter