“Sepi amat kayaknya hidup gua Sat”. suatu hari Santo
mengeluh pada sahabatnya. Saat itu mereka duduk-duduk menikmati suasana sore hari
di balkon belakang kamar Satria.
“Coba kamu telusuri San, apa yang kurang atau yang belum
kamu lakukan.” Satria menjawab sambil meneguk segelas teh manis yang ada di
hadapannya.
“Sesuatu yang ingin kamu lakukan tapi belum kamu lakukan.”Satria
masih menambahkan.
“Tapi tentu saja sesuatu yang baik ya bukan hal yang
buruk dan pastinya ga ngerugiin siapa
pun juga.”
Angin sepoi-sepoi menjadi saksi obrolan mereka sore yang
cerah itu.
“Wah.. kalau itu sih banyak Sat. Gua pengen ngerjain banyak
hal yang menurut gua baik tapi belum gua kerjain lantaran masih banyak kendala.”
Santo ikut meneguk teh manis yang disuguhkan.
“Kendalanya pasti lu tau lah, selain dari sisi keuangan ada
juga sisi mental. Gua ga cukup berani melakukan hal-hal itu.” Santo masih
melanjutkan.
Sesekali terdengar suara pedagang makanan yang lewat
menjajakan dagangan mereka.
“Mungkin kamu mesti mencoba mulai menyelami diri San.”
Satria memberi sebuah solusi.
“Menyelami diri bagaimana Sat? emangnya diri gua ini kolem
yang bisa diselami?” Santo agak guyon memandang wajah sahabatnya itu.
Yang dipandang malah mencibir.
“Wa ka ka ka ka ka …” Garing tuh San
“Menyelami diri melalui kotemplasi atau bahasa kerennya
meditasi, zen. Jadi kita bisa mengenal diri sendiri. Kita bisa tau apa sih
potensi diri kita dan berani untuk mengekspresikan atau mengembangkannya.”
Lebar Satria berusaha menjelaskan pada Santo yang masih nampak bingung tentang
apa itu menyelami diri.
“Jadi segala meditasi yang lu lakuin selama ini itu
tujuannya untuk mengenali diri sendiri?” Santo masih memandang sahabatnya.
“Iyalah… bukan tujuan yang lain. Yang utama adalah mengenal
diri, bila kita menjadi sehat atau ceria atau lebih kaya (bahkan) itu adalah
bonus. Melalui meditasi kita bisa menjadi lebih percaya diri, bisa menghadapi
masalah dalam hidup dengan pikiran yang jernih dan juga menjadi kreatif. Satria
sekali lagi meneguk teh manisnya untuk yang terakhir kali.
“Mantap tuh Sat. iya dah, gua akan mulai belajar meditasi
kayak lu biar hidup gua ga sepi alias ga hampa.” Santo mengiyakan sahabatnya.
“Coba kamu browse di Google “tempat meditasi Jakarta” Nah,
di situ aku belajar meditasi San. “Emang sih kalau kita yang di Jakarta Selatan ini jauh ke situ tapi… demi mengenal dan
menggali diri ga ada salahnya kita tuju.”
Santo langsung membuka hp dan mulai mengakses Google dan
jari-jemarinya mengetik kata kunci “Tempat meditasi Jakarta”
“Wis… keren… yang nomor satu itu Anand Ashram MeditationCentre…” Santo berujar seraya mengacungkan jempolnya. “Tempat latihan meditasi
yang didirikan oleh Bapak Anand Krishna.”
“Iya Sat.. jauh banget ya dari sini. Jakarta Utara gitu lho….
Tapi… seinget gua, gua pernah ke daerah sumur batu itu Jakarta Utara juga
kayaknya. Waktu itu gua nganterin si Rahayu sepupu gua naro lamaran kerja.”
“Nah, kalo dari sumur batu udah ga terlalu jauh he he he.”
Satria nyengir sendiri.
“Sekarang mah udah lebih gampang San, kamu bisa naik
transjakarta ke sana dan ongkosnya juga murah kalo naik trans”. Satria
menjelaskan dengan semangat.
Oh iya Sat, ngomong-ngomong kok gua perhatiin lu udah lama
ikut latihan meditasi tapi kok ga kaya-kaya.” Seloroh Santo yang membuat Satria
agak kaget mendengarnya.
“Sialan kau San,” balas Satria sambil mendaratkan tinju
ringan ke lengan kiri sobatnya itu.
“Gantengan sih, tapi... sedikit!” Sambung Santo yang dikuti oleh
gelak tawa keduanya.
Hasil Pencarian Kata Kunci Tempat Meditasi Jakarta |