Jumat, 08 Februari 2013

Kisah Intan (hati-hati dengan angan-angan yang lebay)

Gambar dari http://chikaranews.blogspot.com

Intan, demikian kita namakan saja perempuan lumayan cantik yang tinggal di sebuah kota besar. Dengan usia yang mau memasuki kepala 3, ia memiliki pekerjaan yang bisa dibilang menjanjikan.
Seorang manager sebuah perusahaan kecil namun dalam hal gaji tidak bisa dibilang seperti itu.

Wajahnya yang ayu dan lembut membuat ia tak kesulitan mendapatkan atau menarik lawan jenis untuk menjadi pasangan. Ia mudah saja berganti-ganti pasangan tatkala ada acara undangan untuk menghadiri pesta pernikahan teman sejawat ataupun kerabat keluarga.

Hanya sebatas pasangan saja, tanpa ikatan berpacaran atau berhubungan dengan serius.

Ia memang agak sulit untuk menentukan seseorang yang menjadi pacar atau kekasih yang nantinya ia harapkan bisa menjadi pasangan sehidup-sematinya.

Teman-temannya menjulukinya sebagai perempuan pemilih. Milih yang punya tinggi penghasilan minimal di atas yang ia bisa hasilkan. Milih yang punya penampilan yang tak memalukan, modern. Milih yang cerdas minimal punya title yang sama dengan dirinya. Dan milih-milih lainnya. Itu pendapat teman-temannya. Tapi ia tetap saja tak menghiraukan pendapat teman-temannya itu.

Mungkin pendapat yang bisa dianggap miring. Namun ia tak peduli. Toh menurutnya ini hidupnya dan dalam hidup apalagi dalam hal pasangan hidup haruslah pilih-pilih tak boleh sembarangan comot. Bisa nyesel di kemudian hari.

Pernah suatu kali ia mengenal seseorang yang menurut pandangannya sesuai dengan kriteria yang ia patok. Perkenalan yang dicomblangi seorang teman kuliahnya dulu. Seorang lelaki dengan penampilan bisa dibilang menarik, tidak ganteng sih tapi menarik. Dengan pekerjaan yang lumayan bergengsi dan bermobil pula.

Mereka akhirnya memproklamirkan sebagai pasangan kekasih. Wah… cocok banget. Yang perempuan dan lelaki yang serasi. Itu mungkin dari luarnya saja.

Lama-lama akhirnya terkuak juga.

Ternyata hubungan mereka tidaklah selaras. Intan memang pekerja keras sehingga ia dapat menghasilkan lebih sedangkan si lelaki tidaklah demikian.

Namun, intan sudah terlanjur “jatuh hati” pada Alex sehingga ia pun mempertahankan hubungan itu.
Intan juga nampaknya tengsin juga pada teman-temannya mengakui bila dirinya salah pilih. Ya, demi gengsi.

Alex , demikian kita namakan lelaki itu, memang penuh perhatian dan selalu bertutur kata yang manis dan sopan pada intan dan ini yang membuatnya terlena berjuta kepayang. Oh… lelaki yang diidam-idamkan setiap perempuan, katanya pada teman sekantornya pada suatu kali.

Manis memang manis tutur kata yang keluar dari sang lelaki, pun sopan terdengar bahkan nampak berlebihan ia memanjakan intan. Tapi……

Di bulan ke enam mereka berhubungan, Alex berpamitan padanya untuk pulang kampung. Ia memang mengaku berasal dari suatu daerah di pulau seberang. Dan ia mendapat kabar perihal kakeknya yang sedang sakit. Sebagai cucu yang hormat dan sayang pada sang kakek, maka ia pun memutuskan untuk menemui beliau. Ia harus pulang kampung. Itu yang ia katakan pada Intan, sang kekasih.

Alex pun pulang kampung (katanya) dengan terlebih dahulu pinjam uang (katanya) pada sang kekasih. Sebagai kekasih yang baik (katanya), Intan pun memberikan saja uangnya beralih tangan untuk dipinjamkan pada Alex. Kan kekasih, ya ga masalah lah, toh selama ini ia ga macem-macem. Itu menurut Intan dengan polosnya. Jumlahnya tak bisa dibilang kecil pula.

Tapi…. Tunggu demi tunggu Alex tak kunjung muncul kembali ke hadapannya. Kabar pun tak jua sampai ke telinganya. Tidak bisa dihubungi total sejak mereka berpisah di suatu bandara.

Ia pun tersadar bila dirinya telah tertipu.

Ia tak bisa menyalahkan siapapun atau Alex meski itu butuh perenungan yang lama. Ia menoleh ke dalam dirinya bahwa ia tertipu oleh angan-angannya sendiri. Angan-angannya itulah yang menarik seorang lelaki bernama Alex untuk datang dan memenuhi angan-angannya itu, tapi ia kemudian ditipu.

Memang malang terdengar nasibnya. Tak sebentar ia melupakan lelaki yang (mungkin) memang berniat untuk menipunya itu.


Jum’at, 8 February 2013
Flag Counter