“nanti dulu!!!....,” Satria menjawab dengan nada tinggi
menanggapi ajakan sang kekasih, Shasha untuk pergi ke toko buku sesuai yang ia
janjikan. Ia memang sedang tampak santai duduk menikmati sajian menu televisi
di pagi itu.
Shasha yang juga tengah menikmati sajian yang sama sambil
memijat punggung sang kekasih agak kaget mendengar jawaban yang ia dapat.
Kontan saja raut wajahnya berubah, menjadi agak murung dan bertanya-tanya
kenapa Satria bersikap seperti itu padanya.
Demi menyenangkan hati dan perasaannya sendiri, Shasha
membuka-buka file di kepalanya dan mendapati jawaban sendiri atas pertanyaan
yang memenuhi kepalanya.
“mungkin ia lelah telah melakukan perjalanan jauh beberapa
hari belakangan ini,” Shasha lamat-lamat menghibur dirinya atas sikap agak kasar
Satria padanya. Ya, beberapa hari terakhir memang mereka harus melakukan
perjalanan yang tidak bisa dibilang dekat dan tadi malam pun demikian. Malam
tadi, untuk bulan ini perjalanan itu berakhir namun bulan selanjutnya akan ada
perjalanan yang sama.
Shasha senang melakukan perjalanan itu bersama sang kekasih
menuju Kekasih di atas Kekasih. Setiap perjalanan memberinya penghiburan
tersendiri. Bertemu dengan aneka ragam orang di dalam bis ataupun kereta.
Benar-benar unik di setiap perjalanannya. Pun di tempat tujuan, mereka bertemu
dengan teman seperjalanan, benar-benar tak bisa dilukiskan betapa anugrah Sang
Kekasih selalu mengguyuri perjalanan hidupnya.
***
Mendapati sikap agak kasar itu, Shasha tidak berhenti memijat
sang kekasih. Ia tetap melanjutkan memijat punggung sang kekasih yang ia rasa
agak kaku. Ia memang kerap memijatnya.
Ia tetap memijat punggung dan kemudian kepala, ia merasakan
bahwa Satria memerlukan pijatan di kepalanya guna melancarkan aliran darah di
daerah tersebut. Sambil terus memijat ia juga tak lupa mengingat Sang Kekasih,
Kekasih dari Semua Kekasih.
Kekasihnya sering kali ia anggap sebagai bagian dari alatNya
bagi dia untuk mengingatNya.
Agak terdengar tak masuk akal atau entah apa yang ada dalam benak
Shasha, namun demikianlah lesson yang ia dapati selama mengikuti
pertemuan-pertemuan dengan sebuah kelompok pejalan. Sang Guru di kelompok itu
senantiasa mengingatkan bahwasanya apapun yang kita kerjakan hendaknya
dijadikan latihan untuk selalu mengingatNya, toh segala apa yang ada adalah
manifestasi dari Sang Kekasih itu sendiri.
Kini, mendapati suara keras Satria, Shasha berusaha mengatur
nafasnya. Ia menarik nafas perlahan dan merasakan ada rasa agak dingin masuk melalui
ke dua lubang hidungnya. Untuk selanjutnya ia membuang nafas dengan perlahan
pula dan mencoba merasakan rasa agak hangat keluar melalui ke dua lubang hidung
yang sama.
“rileks…. Santai…,” Shasha menenangkan dirinya sambil terus
memijat sang kekasih.
Ia diam beberapa saat untuk kemudian berlalu menuju kamar
kecil untuk membersihkan diri. Dalam benaknya terbersit sepatah kalimat indah “Enjoy
Your Life Today Because Yesterday Has Gone and Tomorrow May Never Come.”
Image: Google search