Duduk di bawah pohon seri yang rimbun daunnya di pagi ini membuat aku bisa meluaskan pandangan pada langit yang membentang luas, indah & menakjubkan. Suka…… sekali memandangi langit terasa ada sesuatu yang membuatku betah berlama-lama menatap keluasannya.
Pohon seri yang tumbuh di depan teras rumah memang tumbuh subur dengan bentuk ranting-rantingya yang bersama-sama membentuk seperti sebuah payung besar. Pohon ini memang mudah tumbuh di mana saja. dengan kemampuan untuk membentuk seperti paying itulah pohon ini kerap dibiarkan tumbuh di pinggir jalan guna tempat untuk berteduh atau untuk sekedar duduk santai .
Ku coba mengamati langit di awal pagi ini. Pagi ini ia tampak berbeda dari tampilannya di pagi kemarin atau kemarin lagi. Langit cerah diiringi awan yang bergerak cepat namun cuaca agak mendung . Terasa sejuk .
Pohon seri itu kadang memang menyebalkan setidaknya ada yang berpendapat demikian karena ia kerap kali menjatuhkan daun-daunnya. Setiap hari ibu atau anggota keluarga yang lainnya setidaknya harus menyapu teras sebanyak 3 kali, yakni pagi, siang dan di kala sore. Tak hanya daunnya saja yang kerap berjatuhan, kelopak bunganya yang bulat tipis yang berukuran tak lebih besar dari kuku jari-jariku juga berjatuhan di saat musim berbunga. Kelopaknya yang nampak bertebaran di teras terlihat indah seperti kertas –kertas putih yang berhamburan. Tapi… mereka harus dibersihkan dan pagi ini aku membersihkan mereka.
Ku pandangi lagi langit di hadapanku, ia kini berpenampilan lain dengan awan-awan putih yang terus berarak dan ia kini ditemani sang matahari yang bersinar cerah. Cahayanya menyilaukan mata namun ia sungguh dinantikan.
Pohon seri itu kadang memang menyebalkan setidaknya ada yang berpendapat demikian karena ia kerap kali menjatuhkan daun-daunnya. Setiap hari ibu atau anggota keluarga yang lainnya setidaknya harus menyapu teras sebanyak 3 kali, yakni pagi, siang dan di kala sore. Tak hanya daunnya saja yang kerap berjatuhan, kelopak bunganya yang bulat tipis yang berukuran tak lebih besar dari kuku jari-jariku juga berjatuhan di saat musim berbunga. Kelopaknya yang nampak bertebaran di teras terlihat indah seperti kertas –kertas putih yang berhamburan. Tapi… mereka harus dibersihkan dan pagi ini aku membersihkan mereka.
Ku pandangi lagi langit di hadapanku, ia kini berpenampilan lain dengan awan-awan putih yang terus berarak dan ia kini ditemani sang matahari yang bersinar cerah. Cahayanya menyilaukan mata namun ia sungguh dinantikan.
Sebentar ia menampakkan wajah cerianya dan tak lama kemudian rintik-rintik air berlomba jatuh darinya. Rintik-rintik itu dilanjutkan dengan reruntuhan air yang agak lebih banyak. Hujan di pagi ini…… suasana bertambah sejuk.
Tiap kali aku membersihkan dedaunan pohon seri yang didepan rumahku itu, aku teringat akan perkataan sahabat bahwasanya seperti itulah sampah-sampah pikiran yang ada dalam diri kita harus kita bersihkan setiap saat. Proses pembersihan itu katanya merupakan proses yang tiada henti. Jangan berhenti melakukannya. Seperti halnya menyapu dedaunan yang berguguran tiap saat seperti itu pula kita tak boleh jemu membersihkan sampah-sampah yang membebani jiwa. Perkataan yang dalam. Mungkin keberadaan pohon itu dimaksudkan untuk selalu mengingatkan ku ; heh harny, bersihin tuh sampah-sampah yang tiap hari menambah beban jiwamu. Sapu, bersihkan hari ini, saat ini dan seterusnya.
Sesaat kemudian langit yang sudah menghujani bumi kini ia berubah cerah kembali dengan sedikit rintik-rintik air yang masih jatuh……….
Terimakasih wahai Yang Maha Baik atas berkah pagi ini.
Rempoa – Jakarta Selatan ( 17 Januari 2011 )
Image: Google search
Tiap kali aku membersihkan dedaunan pohon seri yang didepan rumahku itu, aku teringat akan perkataan sahabat bahwasanya seperti itulah sampah-sampah pikiran yang ada dalam diri kita harus kita bersihkan setiap saat. Proses pembersihan itu katanya merupakan proses yang tiada henti. Jangan berhenti melakukannya. Seperti halnya menyapu dedaunan yang berguguran tiap saat seperti itu pula kita tak boleh jemu membersihkan sampah-sampah yang membebani jiwa. Perkataan yang dalam. Mungkin keberadaan pohon itu dimaksudkan untuk selalu mengingatkan ku ; heh harny, bersihin tuh sampah-sampah yang tiap hari menambah beban jiwamu. Sapu, bersihkan hari ini, saat ini dan seterusnya.
Sesaat kemudian langit yang sudah menghujani bumi kini ia berubah cerah kembali dengan sedikit rintik-rintik air yang masih jatuh……….
Terimakasih wahai Yang Maha Baik atas berkah pagi ini.
Rempoa – Jakarta Selatan ( 17 Januari 2011 )
Image: Google search