Senin, 21 September 2015

Kitab Kebajikan Kuno Nusantara

Buku Dvipantara Dharma Sastra
Membaca salah satu buku karya Bapak Anand Krisha yang berjudul Dvipantara Dharma Sastra memang sungguh menarik. Buku tersebut merupakan buku yang berisi tiga kitab kebijaksanaan kuno yang dimiliki oleh bangsa kita.

Bapak Anand Krishna menyajikan ketiga kitab tersebut pada kita dengan bahasa yang mudah dicerna. Adapun ketiga kitab tersebut adalah; Sara-Samuccaya, Slokantara dan Sevaka Dharma.

Buku dengan tebal 462 halaman ini diterbitkan pertama kali pada Mei 2015 oleh Centre for Vedic and Dharmic Studies. Untuk mengetahui betapa indahnya ketiga kitab tersebut, berikut ini kami tuliskan beberapa ayat yang terkandung di dalamnya. Selamat menyimak.

Kitab Sara-Samuccaya (Nilai-nilai Kebajikan yang Utama) terdiri dari 517 ayat, berikut kami hadirkan beberapa di antaranya;

“Di antara sekian banyak makhluk, hanyalah manusia yang dapat memilah antara perbuatan baik dan buruk. Jika seseorang berada pada jalur yang salah, maka hendaknya ia diarahkan ke jalur yang benar.” 

“ Hendaknya seseorang tidak bersedih hanya karena tidak memiliki harta yang berlimpah. Sesungguhnya kelahiran sebagai manusia, walau dalam keluarga yang berkekurangan, adalah suatu berkah yang tak terhingga nilainya.”

“Kelahiran sebagai manusia, wahai Baginda, adalah berkah utama. Dengan meraihnya, seseorang dapat menyelamatkan diri, membebaskan dirinya (dari samsara atau kelahiran dan kematian yang berulang-ulang) dengan berbuat baik.”

“ Setelah meraih kelahiran sebagai manusia, yang sebenarnya sangatlah sulit, dan merupakan anak tangga untuk mencapai kesadaran tinggi surgawi, hendaknya seseorang selalu waspada, supaya kesadarannya tidak jatuh lagi.”

“Wahai Brahmana yang Bijak, dunia ini adalah Karma-Bhumi, Medan Laga, tempat kita semua mesti berkarya. Setiap orang mesti menanggung akibat dari perbuatannya, baik perbuatan-perbuatan yang mulia maupun yang tidak mulia.”

“Kelahiran sebagai manusia sungguh sulit diraih. Hidup ini pun sesungguhnya singkat sekali bagai sekelebatan petir, sebab itu sungguh sia-sialah kehidupan seseorang yang tidak berupaya untuk melampaui Samsara – kelahiran dan kematian yang berulang-ulang dan penuh penderitaan.”

“Dengan berkembangnya keinginan untuk berbuat baik – dan dengan makin menikmatinya pikiran dengan segala hal yang baik – maka segala usaha pun menjadi lancar, membawa hasil. Tiada keraguan dalam hal ini.”

“Berbagai macam penyakit melemahkan tubuh dan akhirnya menyebabkan kematian. Sebab itu selagi masih sehat dan muda, berusahalah selalu untuk berbuat baik.”

“Janganlah memperlakukan orang lain dengan cara yang tidak menyenangkan bagi dirimu sendiri. Inilah intisari dharma atau kebajikan. Segala sesuatu yang lain bersumber dari kama atau nafsu.”



Kitab Slokantara (Ayat-ayat Kebajikan) terdiri dari 84 ayat, berikut kami hadirkan beberapa di antaranya;

“Masa muda dan rupa tidaklah langgeng; demikian pula dengan harta benda dan hubungan dengan mereka yang kita cintai. Sebab itu, hendaknya seseorang senantiasa berlaku sesuai dengan nilai-nilai luhur kebajikan atau dharma (karena hanyalah dharma yang abadi dan langgeng adanya).”

“Sebagai seorang anak, seorang pemuda/pemudi, dan seseorang yang sudah berusi uzur – segala perbuatan, baik yang mulia maupun yang tidak mulia, yang dilakukan seseorang niscayalah mesti ditanggung sendiri akibatnya dalam kehidupan berikutnya, dan pada masa-masa yang sama sesuai denan masa perbuatannya. (Dalam hal ini, adalah penting untuk memperhatikan wejangan Sri Krishna dalam Bhagavad Gita, di mana Ia menjelaskan bahwa sungguh sulit menerka atau memahami cara kerja Hukum Karma atau Hukum Konsekuensi Perbuatan, Hukum Sebab-Akibat).”

“Hendaknya, para bijak selalu menghindari empat jenis laku yang tidak bijak ini – mencaci, menggunakan kata-kata yang tidak sopan, berbicara terlalu banyak, mengulangi sesuatu berulang-ulang, dan berbicara tentang sesuatu, yang tidak diketahuinya secara persis (misalnya, terlibat dalam gosip, menyebabkan rumor, atau pun berbohong, berdusta).”

“Banyak kerugian dari kebiasaan seseorang memanja (anak atau anak didik). Dan, banyak manfaat dan keuntungan dari peringatan yang diberikan (kepada mereka). Sebab itu, baik anak sendiri maupun anak didik, hendaknya tidak dimanja, namun diberi peringatan, didisiplinkan (jika berbuat salah).”

“Seseorang yang tdiak bersyukur terhadap gurunya, walau hanyalah satu aksara saja yang pernah dipelajari darinya – akan lahir sebagai anjing (untuk belajar kesetiaan), kemudian sebagai Candala, seseorang yang berkekurangan (untuk belajar mensyukuri).”

“Perilaku seseorang adalah cerminan latar belakang keluarganya; bahasanya adalah cerminan negara asalnya; matanya mencerminkan isi hatinya; dan fisiknya adalah cerminan dari makanan yang dikonsumsinya.”

“Kendati dalam keadaan susah, seorang bijak tidak pernah melanggar petuah dari kitab-kitab suci, tidak pernah melanggar nilai-nilai kebajikan yang mulian – persis seperti kumbang yang tdiak pernah meninggalkan bunga teratai walau sayapnya patah.”

“Duka menyusul suka. Suka menyusul duka. Segala sesuatu yang bergerak, maupun yang “tampak” tidak bergerak di dunia ini sesungguhnya sedang berputar seperti roda.”


Kitab Sevaka Dharma (Kitab Sunda tentang kehidupan dan kematian) terdiri dari 207 ayat. Berikut beberapa ayat di antaranya;

“Kaki adalah bagian dari tubuh kita; dengan menyalahgunakannya (pergi ke tempat yang salah dan mengambil langkah yang salah), kita menyebabkan penderitaan besar bagi diri kita sendiri. Demikian pula tangan, dengan menyalahgunakannya (mengambil sesuatu yang bukan milik kita, mencuri atau melakukan sesuatu yang salah), kita menyebabkan penderitaan besar bagi diri kita sendiri/”

“Seseorang tidak dapat memilih (pengalaman-pengalaman yang menyenangkan saja dan meninggalkan yang tidak menyenangkan), karena tak seorang pun yang spesial – kita tidak punya kewenangan untuk itu; karena kita bukanlah Yang Maha Esa, Dialah yang menggerakkan kita. Sebab itu Nak, setialah selalu, berpeganglah pada Sevaka Dharma, Etos Hidup dan Kerja Luhur.”

“Sanghiang, Ilahi adalah Hyang mengisi ruang angkasa hampa, dan menyinarinya dengan cahaya Matahari dan Bulan. Tanpa Anugerah Ilahi, panggung (kehidupan) ini tentu akan tetap hampa (tanpa sandiwara yang dimainkan di atasnya, tanpa kehidupan apa pun).”

“Hidup ini hanyalah untuk sesaat saja – tidak ada yang abadi; suka, shuka, atau kenikmatan hidup dibatasi oleh duka, dukha, atau penderitaan; rasa kenyang dikalahkan oleh rasa lapar; keadaan jaga dikalahkan oleh keadaan tidur; dan hidup itu sendiri dikalahkan oleh kematian.”


Demikianlah beberapa ayat yang kami hadirkan di sini. Penasaran untuk mengetahui seluruh isi kitab-kitab tersebut? Langsung aja pesan bukunya di www.booksindonesia.com

Nah, bila ingin mengikuti pembelajaran jarak jauh atau online learning yang digagas oleh Bapak Anand Krishna, silakan ke www.oneearthcollege.com

Terima kasih untuk hari ini...

Flag Counter