“yah, lumayan lah tadi malam ku lihat kau sudah berani
bicara.” Suara dalam pikiran ku mulai pembicaraan.
Padahal aku ga lagi melamun, aku lagi melakukan rutinitas
seperti biasa.
“iya, karena agak terpaksa juga karena kan semua peserta
yang hadir mesti bicara mengeluarkan opini masing-masing,” aq menjawab
pikiranku itu.
“Tapi, aku perhatikan qm kok kayak ga konsen gitu sehingga apa
yang kau lontarkan malah sama seperti pendapat temanmu itu.” Pikiranku membalas
lagi dengan sedikit nada agak meledek kekuranganku dalam hal kurang ngeh.
“He he he... mungkin aku bisa saja menjawab mu dengan opini
bahwa teman ku itu bicaranya melow dan aku ga terlalu mendengar apa yang ia
ucapkan. Ia sedang melow.” Aku memberikan pembenaran pada pikiranku sendiri.
“Iya iya...” Aku terdiam sejenak.
“Eh.. ngomong-ngomong forum seperti itu memang yang kau
butuhkan untuk menumbuhkembangkan keberanian mu bicara di depan orang banyak. Dan
juga untuk tidak grogi dan takut salah bicara mengekspresikan pendapat mu.”
Pikiran ku kembali memulai
“Iya... kamu pasti sudah tahu kalau sejak lama aku memang
ingin forum yang seperti ini meskipun aku gak pandai bicara dan aku pun ga pede
untuk mengeluarkan suara di depan orang banyak. Kamu pasti sudah tahu itu.” Aku
membalas pikiran ku sendiri.
“Ya deh... akhirnya yang kamu inginkan tercapai dan semoga
kamu ga menyia-nyiakan kesempatan yang ada untuk tujuan yang kamu inginkan.
Selamat yah!” Pikiran ku agak malu-malu menyampaikan pikirannya.
“Mestinya selamat untuk kita berdua, ya kan?” aku
menimpalinya dengan agak tersenyum. (Senyum sendiri)
“Yo wis... perjalanan masih panjang karena forum baru saja
dibuka. Oya, satu hal lagi yang mesti
kamu tangani dalam diri mu adalah takut salah untuk mengungkapkan pendapat mu. Kamu
mengidap hal itu sejak lama. Itu yang mesti kau tangani serius lho.” Pikiran ku
mengingatkan lagi.
“Setuju... aku memang mengidap “penyakit” takut salah kalau
ngomong di depan banyak orang. Sampai-sampai apa yang aku ucapkan itu terbawa
hingga pulang ke rumah. Aku merasa bahwa teman-teman akan mencibirku dan bilang
bahwa pendapatku itu aneh, salah dan aku jadi malu sendiri deh... Itu sih hanya
perasaan ku saja.” Aku menjelaskan panjang lebar pada pikiran ku sendiri
meskipun itu tak perlu yah.. he he he...
“Iya tuh... kamu mah terlalu berperasaan bahwa orang lain –
teman-teman mu akan memperhatikan apa yang kamu ucapkan dan mereka akan
menghina kamu. Padahal kan belum tentu juga, belum tentu mereka memperhatikan,
terus belum tentu mereka menghina pendapat kamu, ya kan?” Pikiran ku menyerobot
perkataan ku lagi.
“Bener banget itu, aku mesti mengingat-ingatkan diri ku
sendiri bahwa kalaupun pendapatku katakanlah berbeda dengan yang lain atau
bahkan bila aku salah dalam berbicara, toh tak ada yang akan memukul ku, tak
ada organ tubuh ku yang hilang he he he....” Aku membenarkan pendapat pikiran
ku.
“Ya sudah... kita lanjutkan pembicaraan ini nanti lagi yah. Aku
mau lihat perkembanganmu selanjutnya. Adiós dulu yah....” Pikiran ku pun hengkang
(ngga hengkang beneran sih, tapi kami tak membahas hal yang di atas itu lagi
untuk sementara waktu).
“Ok, terima kasih yah....” Aku membalasnya dengan sedikit
senyum.