Rabu, 29 Mei 2013

Pelajaran di balik kegiatan bercocok tanam

Memang sih tampak suatu yang biasa saja, tak ada yang luar biasa. Memang biasa. Tak ada yang luar biasa. Banyak orang yang juga melakukannya, malah mereka melakukannya karena profesi, sehingga mereka menjadi ahli di bidang itu – bercocok tanam.

Para petani contohnya, mereka adalah para ahli di bidang bercocok tanam, entah itu bercocok tanam sayur-mayur, padi , buah-buahan ataupun tanaman lainnya. Kita sepatutnya berterima kasih pada sumbangsih mereka. Dengan tekun dan sabar mereka berupaya menghasilkan aneka jenis tanaman yang menunjang kebutuhan pangan kita.

Mengetahui keberadaan komunitas berkebun, tepatnya bernama Indonesia berkebun, kami pun jadi semangat untuk mencoba bercocok tanam. Seperti yang digalakkan komunitas tersebut, mereka menanam aneka tanaman yang memang kita butuhkan setiap hari. Seperti tanaman sawi hijau, kangkung, tomat, bayam, cabe merah keriting, atau pun cabe rawit. Ada juga yang menanam mentimun. 

Bener-bener asyik melihat hijaunya tanam-tanaman itu.

Tanaman sawi yang kami tanam dalam pot. Ini baru kami pindahkan

Kami jadi bersemangat untuk mencobanya di rumah. Masih ada lumayan lahan yang bisa digarap, namun karena kami menganggap tak aman menanam di tanah tersebut, maka kami pun memutuskan untuk menanam dalam pot. Kemudian pot-pot tersebut kami gantung.

Pot-pot yang kami gunakan pun tak melulu pot yang bisa kita dapatkan di penjual bunga, tapi kami juga menggunakan botol-botol air mineral seperti yang juga kami lihat pada beberapa blog di internet.

Ini sesaat seblum akhirnya kami konsumsi untuk kami masak bersama mie instan

 Hmm…. Pertama kali menanam, kami ingin segera melihat tanaman kami itu cepat besar. Tapi kan tidak bisa. Nah, di sinilah diperlukan kesabaran. Kesabaran untuk memantau keadaan tanaman dan kesabaran untuk memetik hasilnya.

Tidak bisa dan tidak akan terjadi, hari ini menanam esoknya akan menuai hasil. Itu sungguh amat teramat mustahil. Inilah pelajaran yang kami dapatkan dari bercocok tanam. Tak ada yang instan. Semua butuh waktu, tanaman-tanaman tersebut membutuhkan waktu seperti halnya manusia ataupun hewan membutuhkan waktu untuk bertumbuh.

Perlu kesabaran untuk memetik hasilnya :-) 

Pelajaran yang kami dapatkan lainnya adalah bahwasanya tanaman itu sungguh luar biasa, mereka menyediakan dirinya untuk memberikan supply makanan kepada kita. Hal tersebut pun dikatakan oleh seorang  dokter yang kami kenal.

Namun,  kadang kegiatan bercocok tanam kami mendapatkan sedikit cibiran, “buat apa sih ribet-ribet nanam segala, beli saja langsung di tukang sayur, kan banyak dan murah lagi,”

Tapi pernyataan seperti itu kami biarkan saja. Toh, kami suka dengan hijaunya tanaman yang kami tanam. Senangnya tak tergantikan, apa lagi ketika tanaman yang kita tanam sudah bisa kita petik hasilnya untuk kita nikmati.

Lumayan cabenya bisa untuk tumis kangkung

 Dan satu lagi, ada suatu kesenangan tersendiri ketika menyaksikan benih yang baru muncul ke permukaan. Seakan melihat bayi yang baru saja datang dari rahim sang ibu.


Terima kasih untuk hari ini….


Gambar :Dok. pribadi
Flag Counter