Udeng Bali |
Pagi tadi, seperti biasa sebelum beraktifitas ke kantor,
kami ngobrol-ngobrol santai dengan ibu dan adik perempuan kami. Sambil meracik
bumbu-bumbu untuk memasak menu hari ini, kami ngobrol di dapur.
Maklum kami bertiga perempuan semua, ibu kami perempuan,
trus kami dan adik kami juga perempuan, ya udah deh masak sambil ngobrol-ngobrol mengisi
waktu. Tangan bekerja dan mulut pun ikut bekerja J
Tak lupa sesekali kami menggigit sepotong roti yang sudah
dioles mentega dan ditaburi susu di atasnya ke dalam mulut kami. Asyik…
pagi-pagi sudah sarapan trus ngobrol pula bertiga.
Hmm…. Obrolan pagi tadi seputar pengalaman ibu kami tatkala
jalan-jalan (berziarah) ke bali bersama kelompok pengajiannya. Dengan senang
hati dan semangat ibu kami bercerita.
Angin pagi semilir berhembus masuk melalui jendela
besar yang ada di dapur. Wus… wus…. Wus…..
adem benerrrrrrrrr…..
Menurut seorang guide yang dipanggil pak Ketut – berasal dari
bali – saat di Bali, diinformasikan bahwa cara perempuan Bali mengenakan kebaya
ada maknanya tersendiri. Dikatakan oleh pak Ketut itu bahwa perempuan yang
mengenakan kebaya dengan rambutnya yang terurai itu menandakan bahwa si
perempuan masih gadis, alias belum menikah sedangkan bila sudah menikah, maka
perempuan itu akan mengikat atau mengonde rambutnya.