Membaca berita-berita yang beredar di dunia online tentang
kasus pelecehan seksual yang dituduhkan pada tokoh spiritual lintas agama
Indonesia memaksa saya untuk menuliskan pendapat saya tentang kasus pelecehan
seksual tersebut. Meski banyak pandangan
dan pendapat mengenai kasus ini, namun saya ingin mengajak siapa saja untuk
melihat kasus pelecehan seksual yang dituduhkan kepada Anand Krishna ini dari
sudut pandang seorang wanita.
Saya teringat sebuah joke yang mengatakan bawah wanita
adalah ahli sejarah yang mampu mengingat
dengan pasti kejadian-kejadian penting di dalam hidupnya, sebagai wanita saya
sendiri ingat siapa pria pertama yang memegang jemari saya, sebagai wanita saya
masih ingat kapan pertama kalinya seorang pria mengajak saya berkencan, bahkan
saya masih ingat siapa pria yang pertama kali memberikan sebatang coklat kepada
saya.
Namun dalam kasus Anand Krishna korban yang mengaku mendapat
pelecehan sering kali mengubah kesaksiannya, sehingga menimbulkan tanda tanya
besar. Tidak mungkin seorang yang sudah mendapatkan suatu tindak pelecehan seksual,
yang menurut saya tindakan seperti itu akan membekas dan menimbulkan trauma
yang mendalam di dalam diri seorang wanita, akan dapat melupakan kejadian tersebut.
Saya menyakini jika memang pelecehan seksual tersebut benar-benar terjadi, maka
korban akan dapat dengan pasti mengingat kejadian pelecehan seksual tersebut dengan jelas dan detail. Hal
mendasar inilah yang membuat kasus ini menjadi aneh yaitu sering berubahnya
pengakuan korban mulai dari tanggal hingga tempat kejadian pelecehan tersebut
terjadi, sepertinya kejadian pelecehan seksual tersebut memang tidak pernah
terjadi. Karena jika memang terjadi maka menurut saya yang adalah wanita, kesaksian
korban tidak mungkin akan berubah-rubah, karena kita wanita memiliki kemampuan untuk mengingat
dengan detail setiap hal-hal penting yang terjadi pada diri kita, terlepas hal
tersebut adalah sesuatu yang bagus atau sesuatu yang buruk.
Mengikuti perkembangan kasus tersebut dari waktu ke waktu,
saya berpendapat bahwa kemungkinan besar yang terjadi adalah korban pelapor ini
dimanfaatkan oleh sekelompok orang yang memang tidak suka dengan Anand Krishna,
atau yang memang dengan sengaja ingin menjatuhkan nama Anand Krishna yang mulai
dikenal di dunia international. Sungguh kejam mereka yang tega memperalat
seorang gadis muda untuk mencapai tujuannya, yang mereka tidak sadari bahwa
mereka telah mengorbankan masa depan gadis muda ini. Karena sampai kapanpun
masyrakat akan mengingat bahwa gadis ini pernah dilecehkan, terlepas apakah pelecehan ini benar-benar terjadi atau tidak. Namun image tersebut akan melekat
selama gadis ini hidup.
Sudah banyak orang yang terkena tuduhan pelecehan seksual
terutama para tokoh, dan ternyata kemudian tuduhan itu tidak terbukti di
pengadilan. Contohnya adalah tuduhan terhadap David Copperfield dan Dominique Strauss-Kahn.
Seperti pepatah dalam bahasa Inggris,“mud sticks” – lumpur melekat. Sengaja
dipilih tuduhan pelecehan seksual karena isu ini bersifat sensitif dan sekali
kena, nempel dan susah hilang seperti lumpur.
Penjahat sesungguhnya adalah mereka-mereka yang memperalat
gadis ini untuk melontarkan tuduhan pelecehan seksual tersebut, dan kemudian
belakangan terungkap bahwa ada dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh
hakim ketua yang menangani kasus ini karena beberapa kali bertemu dengan saksi
korban pelapor di dalam mobil. Yang
kemudian membuat Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengambil keputusan untuk
mengganti majelis hakim yang menangani kasus Anand Krishna, persidangan Anand
Krishna kemudian memasuki babak baru karena hakim ketua yang memimpin
persidangan memutuskan untuk memeriksa ulang saksi-sakti utama. Yang kemudian
diketahui bahwa kesaksian korban pelapor dan saksi-saksi lainnya berbeda dengan
kesaksian pada waktu persidangan terdahulu.
Besar harapan saya masyrakat di Indonesia lebih menaruh
perhatian terhadap kasus ini, karena pelecehan seksual adalah merupakan senjata
ampuh untuk menjatuhkan seorang tokoh. Masih segar dalam ingatan kita bersama
kasus Antasari Azhar, manta ketua KPK ini yang diseret kepengadilan dengan issu
seksual, meski tuduhannya adalah pembunuhan namun yang membuat jatuh tokoh ini
adalah issu pelecehan seksual yang dengan sedemikian rupa dimainkan sehingga
memperngaruhi opini masyrakat. Namun belakangan mulai terkuak bahwa ada yang
tak beres dengan persidangan Antasari Azhar ini, kita harus mewaspadai
penjahat-penjahat yang merekayasa sebuah kejadian pelecehan seksual dan
memperalat wanita dan gadis muda untuk
melemparkan ‘boom’ tuduhan pelecehan seksual untuk menjatuhkan seorang tokoh.