Kamis, 21 Juli 2011

Ada Sesuatu Yang Tersembunyi Dalam Kasus Anand Krishna



Membaca berita-berita yang beredar di dunia online tentang kasus pelecehan seksual yang dituduhkan pada tokoh spiritual lintas agama Indonesia memaksa saya untuk menuliskan pendapat saya tentang kasus pelecehan seksual tersebut.  Meski banyak pandangan dan pendapat mengenai kasus ini, namun saya ingin mengajak siapa saja untuk melihat kasus pelecehan seksual yang dituduhkan kepada Anand Krishna ini dari sudut pandang seorang wanita.

Saya teringat sebuah joke yang mengatakan bawah wanita adalah ahli sejarah yang  mampu mengingat dengan pasti kejadian-kejadian penting di dalam hidupnya, sebagai wanita saya sendiri ingat siapa pria pertama yang memegang jemari saya, sebagai wanita saya masih ingat kapan pertama kalinya seorang pria mengajak saya berkencan, bahkan saya masih ingat siapa pria yang pertama kali memberikan sebatang coklat kepada saya.

Namun dalam kasus Anand Krishna korban yang mengaku mendapat pelecehan sering kali mengubah kesaksiannya, sehingga menimbulkan tanda tanya besar. Tidak mungkin seorang yang sudah mendapatkan suatu tindak pelecehan seksual, yang menurut saya tindakan seperti itu akan membekas dan menimbulkan trauma yang mendalam di dalam diri seorang wanita, akan dapat melupakan kejadian tersebut. Saya menyakini jika memang pelecehan seksual tersebut benar-benar terjadi, maka korban akan dapat dengan pasti mengingat kejadian pelecehan seksual  tersebut dengan jelas dan detail. Hal mendasar inilah yang membuat kasus ini menjadi aneh yaitu sering berubahnya pengakuan korban mulai dari tanggal hingga tempat kejadian pelecehan tersebut terjadi, sepertinya kejadian pelecehan seksual tersebut memang tidak pernah terjadi. Karena jika memang terjadi maka menurut saya yang adalah wanita, kesaksian korban tidak mungkin akan berubah-rubah, karena kita  wanita memiliki kemampuan untuk mengingat dengan detail setiap hal-hal penting yang terjadi pada diri kita, terlepas hal tersebut adalah sesuatu yang bagus atau sesuatu yang buruk.

Mengikuti perkembangan kasus tersebut dari waktu ke waktu, saya berpendapat bahwa kemungkinan besar yang terjadi adalah korban pelapor ini dimanfaatkan oleh sekelompok orang yang memang tidak suka dengan Anand Krishna, atau yang memang dengan sengaja ingin menjatuhkan nama Anand Krishna yang mulai dikenal di dunia international. Sungguh kejam mereka yang tega memperalat seorang gadis muda untuk mencapai tujuannya, yang mereka tidak sadari bahwa mereka telah mengorbankan masa depan gadis muda ini. Karena sampai kapanpun masyrakat akan mengingat bahwa gadis ini pernah dilecehkan, terlepas apakah pelecehan ini benar-benar terjadi atau tidak. Namun image tersebut akan melekat selama gadis ini hidup.

Sudah banyak orang yang terkena tuduhan pelecehan seksual terutama para tokoh, dan ternyata kemudian tuduhan itu tidak terbukti di pengadilan. Contohnya adalah tuduhan terhadap David  Copperfield dan Dominique Strauss-Kahn. Seperti pepatah dalam bahasa Inggris,“mud sticks” – lumpur melekat. Sengaja dipilih tuduhan pelecehan seksual karena isu ini bersifat sensitif dan sekali kena, nempel dan susah hilang seperti lumpur.

Penjahat sesungguhnya adalah mereka-mereka yang memperalat gadis ini untuk melontarkan tuduhan pelecehan seksual tersebut, dan kemudian belakangan terungkap bahwa ada dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh hakim ketua yang menangani kasus ini karena beberapa kali bertemu dengan saksi korban pelapor di dalam mobil.  Yang kemudian membuat Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengambil keputusan untuk mengganti majelis hakim yang menangani kasus Anand Krishna, persidangan Anand Krishna kemudian memasuki babak baru karena hakim ketua yang memimpin persidangan memutuskan untuk memeriksa ulang saksi-sakti utama. Yang kemudian diketahui bahwa kesaksian korban pelapor dan saksi-saksi lainnya berbeda dengan kesaksian pada waktu persidangan terdahulu.

Besar harapan saya masyrakat di Indonesia lebih menaruh perhatian terhadap kasus ini, karena pelecehan seksual adalah merupakan senjata ampuh untuk menjatuhkan seorang tokoh. Masih segar dalam ingatan kita bersama kasus Antasari Azhar, manta ketua KPK ini yang diseret kepengadilan dengan issu seksual, meski tuduhannya adalah pembunuhan namun yang membuat jatuh tokoh ini adalah issu pelecehan seksual yang dengan sedemikian rupa dimainkan sehingga memperngaruhi opini masyrakat. Namun belakangan mulai terkuak bahwa ada yang tak beres dengan persidangan Antasari Azhar ini, kita harus mewaspadai penjahat-penjahat yang merekayasa sebuah kejadian pelecehan seksual dan memperalat  wanita dan gadis muda untuk melemparkan ‘boom’ tuduhan pelecehan seksual untuk menjatuhkan seorang tokoh.






Flag Counter