Selasa, 28 September 2010

Kerokan (siapa yang mulai ya?)

Entah sejak kapan kerokan menjadi sebuah solusi masuk angin di masyarakat kebanyakan di Negara kita. Namun itulah yang terjadi, walaupun ada yang mengatakan bahwa secara medis kerokan bukanlah suatu solusi yang baik namun ketika saya search di google tentang fakta kerokan secara medis ketemulah sebuah artikel yang menyatakan bahwa secara medis it’s ok.

Tak ada yang salah dengan kerokan hanya saja tidak dianjurkan untuk melakukannya di bagian perut. Memang biasanya bagian-bagian tubuh yang dikerok antara lain; punggung, leher dan dada. Walaupun ada saja yang karena keperluan lainnya misalnya pegal-pegal di lengan maka lengan menjadi bagian yang dikerok.


Mungkin bagi yang sudah pernah merasakan manfaat dikerok ketika masuk angin atau pegal-pegal, pastinya tidak akan menolak untuk dikerok ketika mengalami hal yang sama atau malah seringkali meminta untuk dikerok. Kerokan memang sebuah solusi yang murah meriah dan mudah pula karena yang diperlukan adalah koin dan minyak. Koin sebagai alat yang digunakan juga bisa bervariasi, bisa menggunakan uang logam, koin mainan anak, ataupun menggunakan sendok. Apalagi uang logam pecahan 1000 yang baru-baru ini dikeluarkan oleh Bank Indonesia, itu paling enak untuk kerokan. Apakah mungkin pihak Bank Indonesia juga memikirkan model uang logam yang bisa multi fungsi ya, he he he

Sedangkan minyak digunakan sebagai salah satu sarana pelengkap, coba saja dikerok tanpa minyak pasti sakit dan kulit pun menjadi tergores. Aneka minyak bisa digunakan mulai dari yang mudah didapat yakni minyak goreng, minyak tanah, baby oil, minyak kayu putih sampai minyak zaitun.

Adapun cara kerokan yang paling umum adalah dari atas ke bawah ataupun menyamping dari kiri ke kanan yang mana tubuh di bagi menjadi dua bagian yakni bagian kiri dan kanan. Namun menurut adik ipar saya, bila masuk angin disertai dengan sakit kepala (bukan pusing lho) maka bagian leher dikerok dari bawah ke atas. Itu namanya diseset (hi…. Serem).

Orang dikerok pun macam-macam gayanya. Ada yang sering ngulet (gerak tiap kali disentuh alat kerokan), geli katanya, ada juga yang banyak omong alias banyak komando (yang kencang lah, yang merah lah atau jangan kencang2). Ada juga yang pasang badan alias siap dikerok tanpa syarat kecuali sesekali aja nguletnya.

Setiap orang itu unik, nah demikian juga kulit badannya saat dikerok. Tidak semuanya sama alias sama-sama merah. Ada yang walaupun masuk angin kebangetan namun warna kerokannya gak terlalu merah Cuma pias-pias gitu. Ada juga yang baru dikerok sedikit langsung berwarna kayak cabe merah. Bahkan ada juga yang agak kebiru-biruan. Tapi ada ga ya yang berwarna ijo??? ^_^

Nah selesai dikerok, ada baiknya sih sekalian dipijit setelah itu istirahat. O ya, satu lagi untuk yang selesai dikerok sebaiknya tidak mandi karena nanti malah tambah masuk angin.


Flag Counter